Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Normalisasi Jam Kerja Berlebihan Harus Dihentikan

31 Oktober 2023   12:12 Diperbarui: 31 Oktober 2023   16:30 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Andrea Piacquadio | www.pexels.com

Lagipula menurut saya, karyawan yang sering ambil lemburan itu menandakan dua hal. Pertama, beban kerja yang diberikan kepada si karyawan terlalu banyak, sehingga tidak tercover dengan baik selama jam kerja. Kedua, karyawan merupakan kandidat yang sebenarnya tidak kompeten di pekerjaannya saat ini, sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak baginya untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya bisa dia selesaikan segera jika memang ia mumpuni di bidang kerjanya.

Perihal dua kemungkinan itu, manajemen perusahaan harus peka melihat realitanya. Harusnya mereka mulai mencari tahu kenapa karyawan-karyawannya sering pulang di atas jam yang seharusnya. Membantu mencarikan masalah agar beban karyawan dan perusahaan teratasi. Karena beban gaji dan lembur itu juga beban bagi perusahaan, kan?

Kecuali jika memang si pimpinan perusahaan mengehendaki keadaan yang demikian. Ia memang merasa senang jika melihat pekerja-pekerjanya lembur terus-terusan, merasa senang memperalat bawahannya dengan tidak membayarkan lemburannya dengan dalih 'demi perusahaan yang sudah seperti keluarga kedua bagi hidupmu'.

Jika memang demikian keadaannya, saran saya adalah pertimbangkan lagi tujuan dan harapan kita bergabung dengan perusahaan ini. Karena atasan yang baik memahami bahwa bawahannya memiliki kehidupan lain di luar pekerjaannya. Atasan yang baik menghormati keluarga bawahannya yang juga mungkin menunggu mereka pulang hanya untuk sekedar makan malam bersama. Atasan yang memanusiakan bawahannya harusnya tidak memberi pekerjaan dadakan di jam-jam terakhir mendekati pulang.

Tentu ada pengecualian bagi mereka yang memang jam kerjanya mungkin fleksibel, pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya darurat harus segera dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut nyawa dan kesehatan. Di poin itu, baiklah kita satu suara untuk memberikan pengecualian. Tetapi yang menjadi pertanyaan, sudahkah hal itu dikomunikasikan sebelumnya? Adakah kondisi-kondisi seperti ini dijelaskan di dalam kontrak kerja sebelum calon karyawan menandatanganinya?

Sebagai karyawan kita berhak untuk segera pulang jika memang pekerjaan kita telah selesai dan hasilnya sesuai dengan harapan atasan. Tidak perlu ragu untuk pulang tepat waktu, jangan sungkan hanya karena satu atau dua teman kerja ambil lemburan.

Stop jam kerja berlebihan, hentikan budaya sering ambil lemburan. itu budaya tidak sehat yang lama-lama hanya akan menjadi bom waktu bagi keutuhan jiwa raga dan keutuhan keluarga. 

Ingat, saat kantor kehilangan kamu karena sakit, mereka bisa menggantikanmu segera. Tetapi jika kamu sakit karena terlalu lelah bekerja, yang harus repot-repot mengurusmu siapa lagi kalau bukan keluarga?

Sadari tanggung jawab kita di sebuah pekerjaan berbeda dengan orang lain yang juga bekerja di sana. Kita punya jabatan dan beban jabatan masing-masing. Atasanmu dibayar lebih untuk mengelola dan bertanggung jawab atas perusahaan lebih dari yang dibebankan kepadamu. Maka jangan samakan pekerjaanmu dengan rekan-rekanmu di tempat kerjamu.

Jadi saran saya jangan pernah ragu. Selama semua sudah dalam kendalimu, pulanglah, keluargamu menunggu di rumah. Mereka lebih membutuhkan waktumu yang tinggal sedikit itu untuk sekedar bercerita dan makan bersama. Jangan sampai kehilangan cahaya kehangatan dalam keluargamu, hanya karena ingin memenuhi ambisi gila kerjamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun