Padahal jika kita teliti dari sisi konsep dan flow service-nya, tempat-tempat makan semacam KFC dan McD, serta beberapa merek fast food lain dengan konsep bisnis yang hampir sama, jelas-jelas mereka menerapkan konsep self service, sejak dari awal memesan sampai dengan selesai makan. Mulai dari mengantri untuk memesan SENDIRI menunya di depan kasir, bukannya diantarkan buku menunya ke meja makan, menampilkan besar-besar menu yang mereka punya di atas kepala si kasir agar kita bisa memilih SENDIRI menu yang mana yang kita mau, membawa SENDIRI nampan yang berisi makanan dan minuman pilihan kita, mencari SENDIRI meja yang kosong dan bersih untuk kita menaruh makanan dan makan di sana, mengambil SENDIRI saus, sambal dan sedotannya, termasuk membereskan SENDIRI meja makan yang sudah selesai kita pakai. Jadi, DIMANA YANG KALIAN SEBUT WAITER ITU BERADA?? Tidak pernah ada jabatan waiter di tempat-tempat seperti itu.
Bagaimana? Baru sadar kalau kita sebenarnya didorong mandiri oleh mereka sejak dari awal? Itulah kenapa perkara membersihkan meja yang sudah selesai kita pakai juga adalah termasuk tanggung jawab kita sendiri sebagai orang yang memakai meja itu sebelumnya. Ingat, meja yang kita pakai ini nantinya juga akan dipakai oleh orang lain untuk makan juga di situ. Apa yang akan terjadi kalau sisa makanan kita masih berserakan di atas mejanya? Pelanggan setelah kita akan kesulitan mencari meja yang bersih dan pelanggan di samping meja kita akan hilang nafsu makannya jika melihat sisa makanan kita berantakan di meja itu.
Toh, kalau kita perhatikan, piring-piring makanan cepat saji sekarang kebanyakan menggunakan bahan karton, kan? Mungkin tujuannya ya supaya bisa langsung dibuang setelah kita pakai. Dari sini saja kita sudah bisa mengira-ngira bahwa pihak resto tidak memiliki atau menghilangkan staff bagian cuci piring di kitchen mereka. Entah tujuannya adalah memang ingin melengkapi kampanye kebiasaan beberes sendiri ini, atau untuk mengurangi penggunaan air yang semakin langka, atau memang hanya sekedar alasan efisiensi biaya saja. Entahlah, tetapi yang saya kira ya, begitu.
Tapi itu kan berlaku kalau di tempat makan cepat saji seperti itu, kalau di tempat makan yang biasa, seperti resto-resto pinggir jalan bagaimana?
Justru kalau di restoran atau tendaan pinggir jalan kita jauh lebih dimudahkan lagi, karena biasanya mereka sendiri memang yang akan mencuci piringnya. Jadi kita hanya tinggal menumpuk saja piring dan gelas-gelas kotor yang sudah kita pakai di tengah-tengah meja makan. Tujuannya, agar karyawan yang tugasnya mencuci piring nanti akan lebih mudah dan cepat membersihkan mejanya. Mereka tinggal angkat gelas dan piring yang sudah kita tumpuk di tengah meja dengan satu kali gerakan. Saya dan keluarga saya biasa menyebut kebiasaan ini sebagai "tumpuk tengah." Lebih mudah mereka melakukannya, lebih cepat mereka membersihkannya, lebih banyak orang yang akan datang dan makan di sana. Mempermudah urusan orang lain juga dapat pahala, kan? Lalu kenapa berat sekali melakukannya?
Mental pembeli adalah raja sudah terlalu usang buat saya pribadi. Kita memang raja karena punya uang, tetapi jika semua penjual yang ada tidak mau menjual barangnya kepada kita, uang yang kita punya bisa apa?
Jika memang masih saja ada pihak yang kontra hanya karena tidak mau di cap ikut-ikutan budaya barat, karena kita punya adat ketimuran sendiri yang beda, bla, bla, bla... Maka saya tidak tahu lagi harus menjelaskannya bagaimana lagi. Tidak mau ikut-ikutan budaya barat, tetapi makan makanan dengan konsep ala resto-resto negara barat. Bahkan brand-brand lokal sejenis juga banyak yang menggunakan konsep pelayanan yang sama dengan resto-resto barat itu.
Jadilah masyarakat yang cerdas, jangan malah denial. Akui saja jika memang mereka baik di satu sisi, tiru kebiasaan mereka jika itu hasilnya baik, jika keluarannya positif. Kita pun menjadi bangsa yang seperti sekarang pun sedikit banyak ada campur tangan akulturasi budaya barat. Bahkan petinggi-petinggi negara ini banyak melakukan diskusi dan studi ke negara barat untuk di amati, ditiru dan dimodifikasi jika ada hal-hal baik dari barat sana.
Jadilah orang yang peka terhadap orang di sekitarmu. Dunia ini tidak melulu tentang dirimu sendiri. Perkara beberes setelah selesai makan adalah tentang menghargai orang lain setelah kita. Adab itu dipelajari dari manapun dan dari siapapun.
Jangan lupa ya, setelah makan, buang sampahmu dan sikap masa bodohmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H