Pemda DKI Jakarta, melalui Pergub DKI Jakarta nomor 142 Tahun 2019 tentang pelarangan kantong plastik mulai benar-benar menerapkan aturan ini sejak awal Juli kemarin. Penggunaan kantong plastik warga Jakarta yang dianggap diatas penggunaan batas normal membuat kantong plastik harus ditiadakan. Untuk mencegah kerusakan alam semakin meluas.Â
Apakah benar kantong plastik berbahaya? Mari kita telaah lebih lanjut.
Kantong plastik yang selama ini kita pakai bahan baku utamanya adalah minyak bumi. Minyak bumi sendiri merupakan senyawa hidrokarbon yang dalam struktur kimianya terdiri dari atom Hidrogen dan atom Karbon. Senyawa hidrokarbon yang digunakan untuk pembuatan plastik ini merupakan jenis "alkana". Alkana merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan tunggal.Â
Dalam senyawa kimia terdapat tiga macam jenis ikatan, ikatan tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga. Semakin banyak ikatan rangkap maka semakin tinggi pula titik didihnya. Jadi, alkana memiliki titik didih yang rendah. Apa akibatnya?
Jika senyawa memiliki titik didih yang rendah, maka senyawa tersebut akan sangat mudah sekali untuk teroksidasi atau terbakar. Kantong plastik yang selama ini kita pakai, terbukti memang mudah sekali terbakar.
Salah satu keistimewaan dari senyawa hidrokarbon adalah mudah terbakar. Jika senyawa hidrokarbon terbakar maka akan menghasilkan gas CO2 'karbondioksida' dan H2O 'uap air'.Â
Inilah yang menjadi dampak bahaya bagi penggunaan plastik, karena setiap terjadi pembakaran akan menghasilkan gas karbondioksida yang sangat mencemari lingkungan.
Apa bahayanya? Pencemaran udarajelas tidak bisa terelakkan lagi. Begitupun bagi tubuh, karbondioksida yang terhirup akan mengganggu sistem pernafasan manusia.
Tapi, bukan itu intinya.
Penggunaan kantong plastik yang semakin banyak akan menimbulkan tindakan pembakaran plastik yang semakin banyak pula.
Keberadaan gas CO2 di udara yang semakin banyak akan menimbulkan global warming. Karena karbondioksida yang ada di udara akan menghalangi pemancaran panas sehingga panas dipantulkan kembali ke bumi. Mengakibatkan bumi semakin panas. Begitulah efek rumah kaca.
Dan apa yang terjadi ketika efek rumah kaca telah bekerja?
Es kutub akan mencair dan mengakibatkan permukaan laut lebih tinggi. Permukaan laut yang tinggi akan menimbulkan banyak daerah tenggelam sehingga jangka ke depannya akan sangat sedikit lahan yang bisa dihuni untuk tempat tinggal manusia.
Bahkan, dalam buku "The Uninhabitable Earth", David memperkirakan bahwa jika penggunaan emisi karbon tetap berlangsung Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050.Â
Wow. Pernah kebayang nggak?
Pemanasan global yang terus terjadi akibat pembakaran senyawa karbon juga akan menyebabkan perubahan iklim. Dimana perubahan iklim akan menyebabkan terjadinya wabah penyakit di berbagai negara. Bisa jadi, pandemi corona adalah salah satu akibat pengaruh perubahan iklim yang sudah mulai berproses.
Tingkat kepanasan yang semakin menggila akan menyebabkan masyarakat meninggal bukan karena faktor usia dan penyakit, tetapi faktor iklim yang terlalu panas. Seseorang akan mengalami kelelahan panas, ditandai dengan dehidrasi, keringat yang banyak, mual dan sakit kepala.Â
Dalam jangka yang panjang, air tak lagi membantu untuk menghilangkan rasa panas, hingga rasa panas akan masuk ke kulit dan organ dalam mulai gagal bekerja hingga menyebabkan serangan jantung.
Uraian di atas adalah dampak hebat yang akan terjadi jika penggunaan kantong plastik tetap dilakukan. Bayangkan jika bukan hanya satu dua orang tetapi semua orang memakai kantong plastik dan setiap hari membakarnya? Semua orang, di seluruh dunia. Efeknya pasti akan sagat besar sekali.
Sedangkan jika kantong plastik tidak dibakar, didiamkan saja atau bahkan dikubur di dalam tanah juga akan menyebabkan dampak yang lain. Senyawa hidrokarbon meskipun mudah terbakar tetapi sangat sulit sekali untuk terurai. Penimbunan hanya akan menjadikan kesuburan tanah rusak dan akan menimbulkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang lainnya.
Mengerikan bukan? Ternyata yang merusak bumi adalah manusia itu sendiri. Kecerobohan dan ketidaktahuan.
Untuk itulah mulai saat ini perlu adanya kesadaran diri dari masyarakat untuk mewajibkan dirinya sendiri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Bahkan 'reduce' sudah tidak mempan untuk menangkal perubahan iklim. Satu-satunya jalan adalah 'jangan pakai' kantong plastik.
Terlalu kontroversial mungkin jika 'jangan pakai', padahal masyarakat kita sangat membutuhkan kantong plastik karena manfaatnya yang banyak sekali. Kantong plastik bahkan merupakan kebutuhan dasar yang digunakan oleh UMKM di Indonesia untuk memulai bisnisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H