Tapi tidak bagi Erna, seorang janda yang hidup dari penghasilan harian menjual pakaian anak di pasar Jembatan Merah, tidak menghiraukan kebijakan dari presiden. "Tetap daganglah, emang kalau libur, presiden mau kasih uang?".
Begitupun Arnus, seorang bapak yang berprofesi ojol harus tetap menarik orderan demi mencukupi kebutuhan anak isteri. "Orderan juga makin parah, makin sepi semenjak virus Corona." Ucap Arnus kecewa. Lalu bagaimana dengan pengangguran?
Reza contohnya, ia merasa kasus Corona membuatnya lebih lama menggagur di rumah. Bagaimana tidak ? yang karyawan saja disuruh bekerja di rumah, nah gimana yang ngaggur? "Mungkin HRD juga pada takut ngerekrut karyawan baru karena takut ketularan virus kali." kiranya.
Jumat, 20 Maret 2020, sesuai instruksi "Beribadah di rumah", beberapa masjid ditiadakan shalat Jum'at berjamaah termasuk masjid besar Istiqlal. Hal ini mendapat respon pro dan kontra. Nurdiana, salah satu warga Solo, lebih mendukung ditiadakannya sholat Jum'at berjamaah karena adanya udzur syar'i yaitu menghindari bahaya penularan virus Corona.
Menurutnya, ummat islam sebaiknya jaga jarak dari keramaian mengingat banyaknya orang yang terlihat sehat tanpa gejala, namun ternyata justru mengidap virus Corona dan berpotensi menularkan. Â Menurut Erna, sang kakak, "Ini tandanya dunia sudah mau kiamat, kiamat sudah dekat." yakinnya ketika berbincang melalui telepon.
Lalu bagaimana menurut anda ?? lebih banyak dampak positif atau negatifnya ? atau anda sepemikiran dengan Erna ? "Kiamat sudah dekat" ?. Intinya sih jangan panik, namun tetap waspada!!
Ingat semua sudah ada yang mengatur. Perbanyak doa, perbanyak amal. "1 % kemungkinan anda mati karena virus Corona, namun 100 % kemungkinan anda mati kapan saja." nasihat Ustadz Achmad Yaman. Oleh karena itu, persiapkanlah bekal yang cukup. InsyaAllah, ada hikmah dibalik semua ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H