Ungkapan itu disampaikan Sarjono, Ketua Kelompok Peternak Limosin Kampung Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, menggambarkan kuatnya kemitraan yang dijalin dengan PT Great Giant Livestock (GGL). Bukan sekedar eksploitasi. Sehingga peternak di desanya terlindungi dan bertahan di masa pandemi.
“Bermitra dengan GGL bukan hanya sekedar bagi-bagi duit. Tapi ikatan emosionalnya membuat petani berdaya. GGL memberi fasilitas kepada petani dan sekaligus juga permodalan. Itulah sebabnya saya katakan “pagar mangkok lebih kuat dari pagar tembok,” ungkap Sarjono pada webinar dengan Tema “GGF Membangun Sosial Ekonomi Masyarakat melalui Program Kemitraan Perusahaan”, pertengahan Agustus 2020. Kegiatan ini rangkaian kompetisi menulis bagi para jurnalis dan bloger yang dilaksanakan Great Giant Food (GGF).
Dijelaskannya, hasil kemitraan melalui Created Sharing Value (CSV) yaitu terciptanya simbiosis mutualisme dan sinergi yang harmonis. “Karena modal bukan masalah krusial. Untuk itu GGF melatih Petani memberi pakan dengan konsentrasi yang tepat termasuk mengatur finansial. Sehingga beternak sapi tidak sekedar menjadi usaha sampingan,” papar Sarjono.
Dilansir dari agrina-online.com Kelompok peternak sapi tersebut dibentuk pada 1991 sebagai mitra perusahaan penggemukan sapi PT Great Giant Livestock (GGL) yang berlokasi di dekat desanya. Selanjutnya pada tahun 2009 Sarjono mendirikan Kelompok Peternak Limousin. Kelompok ini mendapat pembiayaan Kredit Usaha Rakyat dari BNI dengan difasilitasi GGL.
Ada tiga model usaha yang dijalankan anggota kelompok, breeding (pengembangbiakan), growing (pembesaran), dan finishing (penggemukan). Hanya 10% anggota yang menjalankan breeding, sisanya growing dan finishing.
Umumnya anggota yang memilih breeding adalah mereka yang kandangnya terbatas. Sementara yang menjalankan growing adalah anggota yang memiliki kandang luas, tapi modal kurang dan menjalankan usaha peternakan bermitra dengan GGL.
Saat ini Kelompok Peternak Limosin beranggotakan 90 peternak dengan jumlah sapi yang diternakkan sekitar 1.140 ekor. Sapi tersebut terdiri dari program kemitraan dengan GGL sebanyak 500-an ekor, yang dibiayai kredit BNI sebanyak 400-an ekor dan mandiri 240-an ekor.
Berkat kemitraan yang dijalin sejak tahun 1991 ini lahirlah “manajer-manajer” muda dari Desa Astomulyo. “Sekarang ini beternak sapi bukan lagi usaha sampingan tapi diminati anak-anak muda.
Di desa kami sudah ada para manajer. Mas Ison sebagai Manajer Pakan, Mas Tono jadi konsultan dan Mas Eko Manajer Marketing,” ujar Sarjono sambil berguyon.