(2)Kalsium rendah, asupan kalsium rata-rata masyarakat Indonesia hanya sebesar 254 mg/hari seperempat dari standar internasional kebutuhan gizi 1000-1200 mg/hari. Hal ini berefek pada penurun pembentukan atau kepadatan tulang sehingga berisiko pada Osteoporosis (Situmorang, 2020).
(3)Tinggi konsumsi kafein, setiap <300 mg kafein masuk kedalam tubuh setiap harinya, setiap 100 gram kafein dalam kopi membuang 2-3 mg kalsium dalam tubuh, meningkatkan konsentrasi kalsium pada pembuluh darah, penurunan penyerapan kalsium pada tulang dan terjadi hipokalsemia yang menyebabkan resiko kerapuhan tulang (Martanti et al., 2018). Minuman bersoda, menyumbang kafein dan kandungan lain seperti sakarin, fruktosa, asam benzoate, dan aspartame yang memberi efek negative pada kepadatan tulang seperti menurunkan kalsium serum, meningkatkan penyerapan kalsium dari tulang, dan menghambat penyerapan kalsium di usus (Berawi, 2017).
(5)Kebiasaan Merokok dan konsumsi alkohol, kandungan rokok memperlambat pembentukan sel tulang baru (osteoblast) dengan menghambat hormone calcitosin, menurunkan produksi hormone estrogen, dan menyebabkan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Minuman berakohol >2 unit/hari meningkarkan risiko Osteoporosis dan fraktur panggul (Kemenkes, 2020).
(6)Index Masa Tubuh, pada keadaan IMT rendah (>18) lebih berisiko terkena Osteoporosis karena terjadi penurunan produksi estrogen peripheral dan pada keadaan obesitas (IMT = 25 ≥ 30) presentasi lemak tubuh yang tinggi memiliki resiko osteopenia (masa tulang rendah) sehingga menyebabkan Osteoporosis (Dieny & Fitranti, 2017).
Dapat diketahui faktor resiko terjadinya Osteoporosis bukan dari kebiasaan membunyikan jari jemari atau hubungan tulang lainnya, Bunyi “krekk” berasal dari pecahnya gelembung gas dalam cairan synovial (pelumas) pada sendi dan butuh waktu 20-25 menit untuk dapat berbunyi kembali, dan bukan bertanda tulang keropos. Informasi tersebut dapat disimpukan belum ada kajian yang menyatakan membunyikan jari jemari berhubungan dengan kerapuhan tulang atau Osteoporosis.
Adapun edukasi sejak dini mengenai gaya hidup sehat bagi masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan tulang (Kemenkes, 2020) seperti; konsumsi makanan tinggi kalsium dan paparan vitamin D yang cukup (pukul 9 selama 5 -15 menit 3 kali/minggu). Kalsium dan vitamin D merupakan 2 komponen yang saling berkaitan, absorbsi kalsium dipencernaan tergantung pada kadar vitamin D, menjaga keseimbangan metabolisme dan penyerapan kalsium, meningkatkan kadar mineral dan densitas tulang (Setyorini et al., 2016). Aktivitas dan latihan fisik 30-60 menit perhari cukup mempertahankan index masa tubuh normal, mencegah peningkatan berat badan, meningkatkan mineralisasi tulang dan memperkuat otot dan densitas tulang (Simangunsong & Wahyuni, 2020). Adapun hal lainya seperti haid teratur, menghindari kebiasaan meroko dan minuman berakohol serta kafein berlebihan. (Kemenkes, 2020)(Livana dkk., 2020).
Referensi
Annisa, N. N., Hidajat, N. N., & Setiawati, E. P. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada Remaja Puteri di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. 110 Jsk, 4(3), 110–116. http://journal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/view/21239
Arsana, I. W. (2019). Penatalaksanaan Osteoporosis Pascamenopause (Cetakan Pe). UB Press. https://books.google.co.id/books?id=ln_RDwAAQBAJ&lpg=PP1&hl=id&pg=PA9#v=onepage&q&f=false
Berawi, K. N. D. (2017). Konsumsi Soft Drink dan Efeknya terhadap Peningkatan Risiko Terjadinya Osteoporosis. Majority, 6(2), 21–25.
Dieny, F. F., & Fitranti, D. Y. (2017). Faktor risiko osteoporosis pada wanita usia 40-80 tahun: status menopause dan obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(2), 45. https://doi.org/10.22146/ijcn.24872