Mohon tunggu...
Giska KartikaDewi
Giska KartikaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Program Studi Kimia

Saya memiliki ketertarikan di bidang kesehatan. Memiliki hobi menonton film dan mendengarkan lagu.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Pelajar di Indonesia

16 Oktober 2023   12:06 Diperbarui: 16 Oktober 2023   13:13 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebesar 80-90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Menurut ahli suciodologist, 4,2% siswa di Indonesia pernah berpikir untuk bunuh diri. 

Pada kalangan mahasiswa, terdapat sebesar 6,9% berniat untuk melakukan tindakan bunuh diri sedangkan sebesar 3% lainnya sudah pernah melakukan percobaan bunuh diri. 

Jadi, menurut data tersebut sekitar 4,2% siswa di Indonesia mempunyai niatan unuk mengakhiri hidupnya. Sedangkan di kalangan mahasiswa terdapat 6,9% yang sudah memiliki niat, dan sekitar 3% yang sudah mencoba untuk melakukan aksi bunuh diri. Presentasi tersebut bukanlah angka yang kecil. 

Pada tahun 2021, jumlah mahasiswa Indonesia mencapai hingga 8.956.184 orang. Mungkin di tahun 2023 sudah melebihi angka 9 juta. Jadi, ada sekitar 600 ribu mahasiswa yang sudah mempunyai niat untuk bunuh diri. Sedangkan 270 ribu orang lainnya sudah mencoba untuk melakukan aksi bunuh diri.

Dari data tersebut, kondisi kesehatan jiwa para pelajar termasuk mahasiswa sangat perlu diperhatikan. Karena pelajar merupakan generasi penerus bangsa Indonesia. 

Jika generasi penerusnya sudah habis, maka dimungkinkan bangsa Indonesia tidak akan bisa maju dan tidak akan bisa merealisasikan Indonesia Emas di tahun 2035, karena penggerak untuk aspirasi-aspirasi yang baru dan maju tidak ada. Kesehatan jiwa bukanlah hal yang dapat disepelekan. Karena akibat dari kesehatan jiwa dapat dirasakan hingga seumur hidup. 

Datang ke psikolog bukan berarti orang tersebut termasuk orang dalam gangguan jiwa. Banyak dari orang-orang di Indonesia malu ketika pergi ke Psikologi, karena stigma dan stereotip warga Indonesia yang masih berpikir mereka yang pergi ke psikolog dan psikiater adalah mereka yang sudah mempunyai gangguan kejiwaan atau kasarnya adalah gila. 

Akhirnya, gangguan kecemasan yang dialami oleh penderita hanya dapat tertahan dalam dirinya saja. Hal tersebut yang memicu aksi bunuh diri di Indonesia sangatlah banyak. Karena masalah yang dialami penderita sangat besar dan banyak, namun tidak ada yang ingin mendengarkannya, akhirnya penderita tersebut kewalahan dengan apa yang ia alami dan merasa sendirian di dunia yang luas ini sehingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. 

Mungkin si penderita berpikir bahwa setelah ia mengakhiri kehidupannya di dunia, ia sudah tidak lagi merasakan sakit yang ia rasa. Namun sayangnya, hal tersebut salah. Akan ada kehidupan setelah kematian, dimana orang-orang yang meninggal karena memang sudah takdir yang ditetapkan berhak untuk mendapatkan kehidupan abadi. Sedangkan mereka yang mengakhiri kehidupannya secara sepihak dan melawan takdir tidak dapat mendapatkannya.

Kasus bunuh diri yang terjadi di Semarang baru-baru ini, menunjukkan bahwa meskipun seseorang sudah berada di masa dewasa, bukan berarti mereka harus melakukan segala halnya sendiri. Mereka tetaplah manusia yang masih membutuhkan bantuan satu sama lain. Menangis bukan berarti seseorang tersebut bertindak layaknya anak kecil. 

Menangis dan meluapkan apa yang ia rasa adalah salah satu bentuk yang dapat ia lakukan untuk meluapkan segala beban yang ia bawa untuk sementara. Semakin dewasa seseorang, kegiatan yang mereka lakukan pastinya akan semakin padat. Meskipun kegiatannya padat, tetap diharuskan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun