Tulisan ini ditujukan kepada para pejuang mimpi.Â
Dalam perjalanan menggapai mimpi, selalu ada suka dan duka yang dialami. Banyak sekali rintangan, godaan, dan rasa ingin menyerah. Tak jarang kita menemukan kenyamanan yang dapat membuat kita melupakan mimpi yang sudah diperjuangkan.Â
Namun, mengejar mimpi bisa membuat seseorang merelakan zona nyamannya, untuk berjuang keras mewujudkannya. Tak bisa bermain lebih sering, harus berusaha lebih keras, dan menguatkan tekad hari demi hari untuk tidak berhenti berharap. Hebatnya lagi para pejuang mimpi tidak mengetahui pasti kapan mereka akan mendapatkan mimpinya.Â
Ya, mimpi bisa menjadi bahan bakar bagi seseorang untuk menggali potensi dalam dirinya. Dengan bermimpi besar, kita tanpa sadar ikut mengembangkan diri jauh dari apa yang kita bayangkan.Â
Seperti kata mutiara dari Ir. Soekarno yang pernah beliau sampaikan: "Bermimpilah setinggi langit, agar apabila engkau jatuh, engkau jatuh di antara bintang bintang". Itulah kekuatan mimpi. Bahkan perasaan sangat lelah masih bisa kita tanggung, mengetahui mimpi kian dekat.
 Namun, apa yang terjadi apabila mimpi tersebut kini telah hilang? Mengetahui mimpi yang tidak tergapai walau sudah berjuang sekian lama sungguh mengerikan. Semangat yang tadinya menyala untuk terus mengembangkan diri agar layak untuk mendapatkan mimpi, kini sudah tidak ada dan hanya rasa lelah yang tertinggal.Â
Saya sendiri pernah mengalami momen yang serupa. Mimpi yang sudah saya rancang selama 3 tahun, dan sudah ada di tangan, terpaksa harus saya lepaskan karena satu hal yang berada di luar kendali saya.Â
Progres saya mencapai mimpi itu bisa dibilang sudah 98%, namun saya harus terpaksa mengulang lagi dari 0. Saya kecewa berat. Akibatnya saya tidak bisa menghargai semua kerja keras yang sudah saya lakukan walau saya tahu bahwa saya sudah melakukan semua yang saya bisa.Â
Mengetahui bahwa sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan saat itu membuat saya sangat sedih, walau pada saat bersamaan saya tahu bahwa saya mendapatkan banyak prestasi lainnya dengan mengejar mimpi itu.Â
Bagaimanapun juga mimpi itulah yang membakar semangat saya selama 3 tahun, atau bahkan 5 tahun lalu. Meski ada 1000 jalan menuju Roma, sulit rasanya untuk membangun semangat yang baru demi mencari jalan lain untuk mencapai mimpi. Â
Saya teringat akan buku yang pernah saya baca. Buku itu berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat oleh Mark Manson. Dalam buku itu, penulis menyatakan bahwa mimpi kita seharusnya didasarkan pada nilai-nilai yang baik (berdasarkan pada kenyataan, membangun secara sosial, segera dan dapat dikendalikan), dan bukan didasarkan pada nilai-nilai yang buruk (tahayul, merusak secara sosial, tidak segera dan tidak dapat dikendalikan).Â
Misalnya, daripada berpatok untuk menjadi juara satu (nilai buruk), akan lebih baik bila kita berusaha untuk bisa mengasah rasa ingin tahu dan memahami pelajaran lebih dalam (nilai baik). Contoh lainnya dari nilai baik yaitu: sehat, kejujuran, inovasi, peka, penghargaan diri sendiri, rasa ingin tahu, kreativitas, kerendahan hati, amal, dan lain-lain.
Sedangkan nilai buruk yaitu: dominasi melalui manipulasi dan kekerasan, senantiasa merasa senang, selalu menjadi pusat perhatian, tidak mau kesepian, disenangi semua orang, menjadi kaya demi menjadi kaya, dan lain-lain. Â N
ilai nilai buruk tersebut jelas tidak bisa kita kendalikan, karena pada akhirnya kita tidak tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kita, serta kita juga tidak bisa memaksakan pengakuan dari orang lain.Â
Lebih lanjut beliau menjelaskan alasannya, yaitu bahwa apabila kita memberi patokan mimpi pada nilai nilai yang buruk, apabila kita gagal, maka kita akan sangat kecewa dan sulit bahkan berhenti bertumbuh. Beda halnya apabila kita memberi patokan pada hal hal yang membangun kita.Â
Kita akan menghargai setiap pencapaian kecil dalam diri yang akhirnya pencapaian pencapaian itu akan secara tidak sadar membawa kita pada mimpi yang lebih besar.Â
Setelah membaca tersebut, saya sadar bahwa motivasi untuk mencapai mimpi harus dimulai dari memperbaiki diri sendiri. Pada akhirnya, semua bergantung pada fokus kita untuk terus mengembangkan diri.Â
Dengan demikian kita akan mengapresiasi setiap perkembangan dalam diri dan lebih mencintai diri sendiri. Untuk benar-benar memahami hal ini saya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.Â
Seiring dengan berjalannya waktu, saya bisa memulihkan kembali semangat saya untuk tetap berpegang pada mimpi saya, juga memandang mimpi saya dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan sudut pandang baru, saya menjadi lebih terbuka dengan cara-cara lain yang bisa menuntun saya untuk mencapai nilai-nilai baik yang selalu saya ingin capai.Â
Saya harap para pejuang mimpi lainnya bisa giat berjuang dan tak lupa untuk menghargai kerja keras diri sendiri. Anda hebat karena bekerja keras dan berkorban untuk mimpi anda.Â
Kita adalah pemeran utama dalam hidup kita. Apabila kita belum menemukan happy ending, maka cerita itu belum selesai. Percayalah kita akan menemukan cahaya di ujung terowongan dan masa muda ini tidak akan sia-sia.Â
Giselle AmerisÂ
22 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H