Sedangkan daftarnya baru dikirim sekarang. Aku pun langsung melupakan tentang ulangan besok, aku langsung menyiapkan presentasiku untuk wawancara besok. Aku pun tidak bisa tidur malam itu, karena terlalu gugup. Aku merenung, aku tidak punya pengalaman dalam berorganisasi, dan aku orangnya biasa-biasa saja, tidak seperti mereka lain yang akan wawancara juga, yang sering berorganisasi dan percaya diri. Aku pun hanya bisa berdoa kepada Tuhan, jika ini memang rencana-Nya, aku pasti bisa.
Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah dengan semangat, dan tidak lupa meminta restu dari kedua orang tua. Tanpa disadari, waktu sangat cepat berlalu, sudah jam pulang sekolah. Aku pun langsung menunggu didepan ruang wawancara. Aku menunggu sangat lama, semakin gugup, karena ada seseorang yang keluar dari ruangan itu menangis. Lalu, namaku dipanggil, di ruangan tersebut ada kakak kelas 12 dan pembina OSIS. Hatiku berdetak-detak dengan sangat kencang.
Aku pun memulai presentasiku. Setelah itu, saatnya aku di tanya-tanya. Aku orangnya mudah untuk menyembunyikan kegugupanku agar orang lain tidak dapat melihatnya. Lama-lama saat ditanyakan, aku mulai merasa santai dan menjawab apa adanya. Lalu selesai juga wawancaraku ini.Â
Beberapa minggu kemudian, aku harus pergi ke Palembang, karena ada sepupuku yang menikah. Terpaksa, aku harus tidak masuk ke sekolah. Pada senin pagi, ada temanku yang mengirimiku pesan, berisi "CONGRATS YAAAA DHITAAAA, KAMU MASUK OSIS", aku pun langsung kaget dan tidak percaya apa yang dikatakannya.
Ternyata di sekolah tadi diumumkan siapa yang diterima. Aku pun sangat senang dan masih tidak percaya. Hari demi hari kulewati, ternyata masuk OSIS tidak gampang juga pekerjaannya. Rata-rata anggota OSIS yang kelas 10 adalah satu geng, jadi aku harus mulai bersosialisasi dengan mereka. Oh ya, aku lupa kasih tahu, Reva tidak jadi masuk OSIS, karena disaat wawancara ia terlalu takut sehingga mengundurkan diri, sayang banget sih.Â
Begitulah hari-hari kelas 10 di SMA-ku ini, memang tidak begitu menarik, tapi menurutku, yang terpenting adalah bagaimana aku belajar untuk menghadapi semua tantangan yang ada, masalah cinta, nanti saja. Dan yang pasti, dalam kelas 10 ini, aku menemukan jati diriku yang sebenarnya, mengetahui apa yang kuminati, dan cara untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H