Mohon tunggu...
Giri Luka
Giri Luka Mohon Tunggu... Buruh - Kadang merasa lelah, tapi harus tetap berjalan

Rimbo Bujang: Awal Semua Perjalanan...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bobotoh Lupa Cara Menunggu

8 Juni 2017   12:06 Diperbarui: 8 Juni 2017   12:11 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BOBOTOH seakan menjadi penentu langkah Persib Bandung. Tidak hanya mendukung, mereka sudah masuk ranah turut membuat keputusan.

Bagaimana tidak, mereka menentukan layak atau tidaknya pelatih dan pemain menjadi bagian Persib. Tapi, ini hanya sebatas penilaian akhir, bukan penentu di awal.

Dalam setahun ini, dua pelatih menjadi korban bobotoh. Yang pertama, semua tentu masih ingat ketika Dejan Antonic mendapat sambutan hangat ketika dipilih menjadi pengganti Djadjang Nurdjaman yang diberangkat ke Italia untuk menuntut ilmu di Akademi Inter Milan.

Dejan yang pernah mengantarkan Pelita Bandung Raya hingga semifinal LSI 2014 --Persib juara kala itu-- dengan skuat seadanya, dianggap sosok yang pas menangani Persib. Dejan dengan tipikal percaya dengan pemain-pemain muda diharapkan bisa mengorbitkan pemain yang baru naik kelas dari Diklat Persib.

Di sana ada Febri Hariyadi dan Gian Zola yang memang sudah dikenalkan dengan tim senior setelah ada regulasi mengharuskan setiap tim menurunkan dua pemain U-21 di Piala Jenderal Sudirman.  

Harapan tak selalu menjadi kenyataan. Dejan mendapat tekanan begitu hebat karena tidak mempu mengangkat performa Persib meski tidak pernah kalah pada empat laga pertama di ISC A 2016. Kim Jeffrey Kurniawan yang selalu dipasang juga menjadi sorotan. Bobotoh menganggap pemain naturalisasi itu anak emas karena memang sebelumnya menjadi bagian PBR bersama Dejan.

Puncaknya, pelatih asal Serbia itu mengibarkan bendera putih setelah kalah 1-4 di kandang Bhayangkara Surabaya United. Dejan tak tahan dengan desakan bobotoh sehingga mengambil langkah itu.

Kursi kepelatihan dikembalikan ke Djadjang yang saat itu kebetulan sedang berada di Indonesia untuk memperpanjang visanya. Djadjang mulai menangani tim pada pertandingan kesembilan setelah dua laga dipimpin asisten pelatih Herrie Setyawan.

Singkat cerita, Djadjang mampu mengantarkan Persib finis di posisi lima klasemen akhir. Bobotoh memakluminya.

Siapa nyana, setahun kemudian, Djadjang mengalami nasib seperti Dejan. Gelombang desakan mundur menerjangnya karena performa Persib di lapangan jauh dari ekspektasi. Standar tinggi harus main apik, menghibur, dan menang adalah ukurannya.

Deja vu itu muncul. Djadjang juga terpental setelah kalah melawan Bhayangkara FC yang tak lain nama baru Bhayangkara Surabaya United. Kekalahan 0-2 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kota Bekasi, menjadi ajang pamit Djadjang kepada pemainnya. Setelah itu, dia tak muncul lagi di lapangan memimpin Michael Essien dan kawan-kawan berlatih.

Desakan di media sosial dengan kata-kata kasar disinyalir kuat menjadi landasan Djadjang mundur. Apalagi, anaknya meminta dengan sangat karena tak tahan dengan cacian-cacian itu. Padahal, Djadjang sudah beberapa kali menegaskan hanya akan meninggalkan Persib jika tim tak membutuhkan tenaganya lagi, bukan karena "keputusan" bobotoh.

Kepergian Djadjang menandakan prestasi di masa lalu tidak menjamin seseorang nyaman di Persib. Djadjang merupakan satu-satunya orang yang pernah merasakan gelar bersama Maung Bandung dengan status pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala.

Dengan jabatan terakhir, dia meraih empat trofi dalam kurun 2012-2017. Trofi Celebes Cup 2012 menjadi awal. Dia kemudian mengantarkan Persib merebut trofi ajang sepak bola tertinggi di Indonesia, LSI 2014. Itulah gelar setelah menanti 19 tahun! Selanjutnya, Persib menjadi yang terbaik di Piala Wali Kota Padang 2015 dan Piala Presiden 2015. Di luar gelar, Persib pernah beberapa kali gagal merebut gelar di turnamen yang diikuti.

Tapi, bobotoh --bisa dikatakan oknum bobotoh-- memang lupa cara menunggu setelah begitu "terlunta-lunta" 19 tahun. Tentu bukan semata-mata salah mereka.

Lihat saja target yang selalu dicanangkan manajemen setelah menjadi yang terbaik di LSI 2014. Juara! Ya, dengan merekrut pemain-pemain kenamaan pada setiap membangun kekuatan menyambut musim baru, tak berlebihan kalau menjadi yang terbaik adalah idaman yang dipancang. Ini juga yang kemudian masuk ke mind set bobotoh. Bahwa, hanya juara yang bisa disebut prestasi.

Main jelek tapi menang bukan serta merta mendatangkan pujian. Apalagi, Persib memiliki Michael Essien sang marquee player yang pernah berseragam Chelsea, Real Madrid, dan AC Milan.

Essien, harus diakui menjadi alasan Djadjang begitu disorot, selain karena Charlton Cole. Jika merujuk menit main, Essien adalah marquee player paling sedikit mendapatkannya di antara pemain dengan status sama di tim lain. Sedangkan, Cole hanya menjalani latihan. Dalam dua laga terakhir, namanya bahkan tak masuk dalam daftar susunan pemain. Padahal, dengan nama yang sudah dimiliki, Essien dan Cole adalah harapan besar bobotoh untuk Persib bisa mempertahankan gelar.

***

PADA akhirnya, Persib memang harus menjalani era baru setelah Djadjang menyatakan mundur meski masih menggantung karena manajemen belum membuat keputusan. Setelah laga kesembilan di Liga 1 2017, Persib masih memiliki 25 pertandingan lagi yang akan menentukan di mana posisi Persib yang sebenarnya. 

Tentu, manajemen harus segera menentukan pelatih yang sesuai kualifikasi. Meski pergantian pelatih tak selalu menghadirkan prestasi seperti musim yang sudah-sudah, ada baiknya tidak bersikap pesimistis. Semua harus melihat contoh yang baik. Bali United dan PS TNI menjadi contoh nyata bahwa pelatih baru juga bisa memberi efek positif kepada tim.

Yang jelas, tugas pelatih baru sangat berat karena selain standar tinggi yang menjadi tuntutan, bayang-bayang prestasi yang ditorehkan Djadjang tidak akan bisa hilang begitu saja. Djadjang tetap menjadi rujukan pelatih berprestasi selain Indra Thohir. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun