Kelima, komunikasikan dengan pihak terkait atau terpercaya sebelum spill. Bilang ke keluarga, orang terdekat, atau bahkan pihak RT atau Kelurahan, ada informasi yang perlu di-spill di medsos. Karena bisa jadi aksi membalas tidak hanya terjadi secara digital, tapi di dunia nyata. Maka orang terdekat sebaiknya harus tahu dan paham resikonya.
Keenam, bersabar menunggu momentum. Bisa jadi email atau DM informasi spill belum dibaca akun besar atau lembaga. Atau bisa jadi begitu banyak kasus viral dan trending lain yang menutupi kasus yang ingin di-spill. Karena terburu-buru pun kadang tidak memberikan solusi dan manfaat karena 'tertimbun' kasus viral lain.
Ketujuh, jika spill sudah viral berkomunikasilah dengan bijak dan konsisten. Bijak dalam memberikan detail informasi sesungguhnya. Dan konsisten dalam menyampaikan detail kejadian. Bisa jadi, pihak tertuduh mencoba menutup kasus spill dengan mencaci, memfitnah, sampai mengancam baik akun individu atau masif berbayar.
Kedelapan, saat spill mendapat kepastian dan bantuan pihak terkait, kooperatiflah. Karena sudah viral, kadang Kepolisian, lembaga, atau pihak tertuduh mencari jalan keluar. Kepolisian bisa memanggil pihak terkait. Lembaga terkait spill memproses tuduhan sesuai jalur hukum. Pihak tertuduh pun bisa mengklarifikasi, membayar kompensasi, sampai mau diproses secara hukum.
Tidak ada netizen yang ingin terlibat dalam kasus hukum dan spill di medsos. Selain memakan waktu, tenaga, dan pikiran, dampak secara moril dan materil juga bisa terjadi. Bagi pihak yang mengalami ketidakadilan, spill the tea di medsos sering menjadi the last resort atau jurus pamungkas.Â
Walaupun begitu, ada batas etika yang perlu dipahami dan dilakukan. Sehingga dampak yang tidak diinginkan bisa diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
Salam,
Wonogiri, 28 April 2023
01:39 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H