Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Semua Akan TikTok pada Waktunya

14 Maret 2023   23:14 Diperbarui: 18 Maret 2023   11:45 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TikTok oleh cottonbro studio (pexels.com)

Semua akan TikTok pada waktunya. Setidaknya fenomena baru ini terjadi di platform Twitter. Istilah untuk Twitter, microblogging tapi TikTok. Instagram yang dulu mengandalkan foto, kini lebih banyak video ditampilkan. 

Instagram menjadi TikTok, tapi malu-malu. Sebentar lagi juga, Spotify akan menjadi TikTok, tapi musik.

Twitter kini memiliki tab yang diberi nama For You. Agak rikuh mungkin menyebut For Your Page (FYP), seperti TikTok. 

Pada tab ini, users cukup diam, dan linimasa akan berubah sendiri. Akan muncul akun yang sedang ramai dikomentari. Juga muncul akun asing yang menampilkan minat dan kata kunci yang disukai user. 

Pertama dirilis untuk pengguna iOS, tab For You menggantikan tab Latest Tweet. Persis seperti linimasa dibalik algoritma TikTok, tab ini menampilakan apa yang trending dan disuka user. 

Jika dulu Latest Tweet bisa di-refresh, maka tab For You akan berganti otomatis. Dan untuk saat ini banyak orang tidak suka fitur ini.

Instagram sudah lebih  dahulu bergaya video berformat potrait. Jika kita klik tab Reels, jelas tersurat feed seperti TikTok. 

Tanpa perlu pusing memfollow akun, algoritma IG akan menampilkan video yang trend. Post yang muncul juga berasal dari hasil penelusuran Meta membaca perilaku dan kebiasaan user.

Mengganti mayoritas foto dengan video ini juga langkah penggede IG. Dampaknya, konten kreator dengan fokus foto dan fotografer kelimpungan. 

Pasalnya, algoritma untuk video juga lebih besar, bahkan pada tab Search. IG memang 'tidak malu' untuk mengkopi fitur aplikasi lain, seperti sticker dan Stories yang mirip Snapchat.

Kabarnya, Spotify juga 'mengadaptasi' FYP untuk feed Home aplikasinya. Fitur ini belum dirilis global, tapi telah diungkap saat Event Stream On Spotify minggu lalu. 

Fitur baru ini diberi nama Podcasts and Shows. Users akan mendapatkan beragam video podcast dan show musisi persis dengan video mode potrait TikTok.

Facebook dengan tab Story-nya pun menyiratkan, ada TikTok di FB. Jadi daripada unduh TikTok, bisa lihat Stories di FB. YouTube juga memiliki fitur 'kloning' ala FYP. 

Fitur Short menjadi bagian yang mirip sekali dengan aplikasi milik ByteDance, TikTok. Lalu mengapa aplikasi ini rela mirip TikTok?

TikTok jelas bukan media sosial. Menurut Head of User Content TikTok Indonesia, Angga A.P, TikTok adalah content distribution platform. 

TikTok memanjakan users agat tidak perlu pusing memikirkan followers agar konten bisa dilihat. Cukup konsisten membuat konten,algoritma TikTok akan membantu mencapai penontonnya.

User TikTok, hanya cukup bergabung dan bisa bersenang-senang. Untuk mendorong users semakin aktif dan lama di TikTok, fitur live dengan gift pun dibuat. 

Konten kreator dapat berjualan atau memonetisasi acting yang dilakukan live. Contohnya Sultan Akhyar di Lombok yang rela merendam dan menyiram air ke ibunya sendiri demi gift.

Lalu mengapa platform medsos rela serupa platform non-medsos? Jelas, mereka tidak mau kehilangan users. Sampai Januari 2023 ada lebih dari  1 miliar active users di TikTok. 

Aplikasi ini juga menduduki rangking 6 aplikasi populer dunia. Walau IG ada di rangking 4 aplikasi populer, tapi jumlah users-nya terus menurun. Twitter malah hanya di posisi 14 dengan 556 juta users.

Dampak berkurangnya active users juga adalah menurunnya revenue platform. Pada tiap semester tahun lalu, total pendapatan dari iklan TikTok bertambah 106 juta USD (naik 11,2%). 

Angka ini berbalik dengan IG dengan parameter serupa malah minus 68 juta USD (turun, 4,9%). Twitter dengan sengkarut manajemen hanya mendapat 12 juta USD (naik 2,1%) saja.

Kadang persaingan platform medsos tak pandang bulu. Tinggal bagaimana platform bisa beradaptasi dengan perubahan. Walau kadang melunturkan karakternya masing-masing.

Salam,

Wonogiri, 14 Mare 2023t

11:14 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun