Lalu, sekolah dan kampus Dandy langsung juga memberikan pengumuman. Bahwa, tempat Dandy kuliah memutuskan untuk men-drop out Dandy dari bangku kuliah. Dan sekolah terkenal di Magelang, juga menyatakan bahwa Dandy hanya pernah sekolah di sana dan bukanlah alumni mereka.
Walau mungkin tidak secara langsung terlibat. Dan netizen juga banyak yang tadinya tidak peduli. Kini tempat usaha sang ibu pelaku juga di-review bomb buruk netizen. Resto di Yogyakarta milik sang ibu diberikan review bintang 1 dari 5 bintang. Ada reviewer juga menyelipkan foto Dandy dan sang ayah, bukan foto resto atau makanannya.
Dengan waktu pelaporan SPT mendekat, nuansa mosi tidak percaya pada Dirjen Pajak mulai bergulir. Alasannya sederhana. Hidup hedonis dan mengakali LHKPN pejabat Eselon Dirjen pajak, seperti ayah Dandy, menunjukkan minimnya integritas. Tidak ada masyarakat yang rela uang pajaknya malah dibuat hura-hura keluarga pejabat pajak, seperti Dandy.
Memviralkan sebuah kasus atau isu bukanlah rahasia umum. Bagai pedang bermata dua, viral bisa jadi penyelamat atau buat kualat. Melariskan pedagang orang tua yang berkeliling dengan memviralkan bisa membantu. Tapi memviralkan anak yang mengguyur orang tua sendiri malah memiskinkan pelaku.
Netizen dengan budaya partisipatif juga sebuah paradoks. Semakin lekat kolaborasi, semakin mudah bergerak memviralkan. Tetapi juga kadang bisa terpeleset. Memviralkan kasus anak SD yang bohong soal upaya penculikan pernah terjadi. Netizen juga dibohongi seorang pria yang hidup kembali dari kematian demi hindari hutang.
Besarnya rentetan dampak kasus ini bisa juga didorong pengaruh dari jejaring sang ayah korban. Karena korban adalah anak dari petinggi Ansor, maka jejaring NU bisa tergerak. Bisa secara sukarela karena bersimpati dengan sesama kader Ansor. Bisa juga diasumsikan ada yang bergerak karena kemarahan tindakan Dandy.
Kekerasan tidak pernah bisa dibenarkan. Dari kasus Dandy, api viral telah melahap segalanya.Â
Salam
Wonogiri, 25 Februari 2023
12:25 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H