Mengurutkan Dampak Kasus Viral Dandy, si Anak Pejabat

Mengerikan. Baik tindakan tanpa nurani dari pelaku. Begitu juga sanksi dan penelusuran dari netizen. Atau juga dampak dari kasus viral di medsos pada para pelaku dan keluarganya. Dampak kasus yang viral ini seperti wildfire. Kasusnya membakar semua yang dilintasi.

Jelas, perilaku Dandy dan teman-temannya pada David tidak bisa diterima akal sehat. Mengeroyok korban yang tidak sama besar dan tetap dihujani tendangan walau sudah telungkup. Untuk kemudian direkam dan dirayakan, mengindikasikan sifat sadis.

Semoga korban bisa diberikan kesembuhan. Keluarga korban pun diberikan kekuatan untuk tabah. Karena jelas, orang tua mana yang tidak marah anaknya diperlakukan tidak manusiawi.

Viralnya kasus penganiayaan ini membuat dampak domino yang masif. Dampak viral kasus Dandy juga sepertinya masih berkembang. Berikut hasil investigasi netizen pada kasus ini.

Mulai dari kasus penganiayaan korban, David sampai koma. Mobil Rubicon yang ditahan hilang dan kembali lagi saat disita. Saat kembali, mobil Rubicon memiliki nomor polisi berbeda. Saat diteliti netizen, diketahui Jeep Rubicon ini telat pajaknya.

Netizen lalu bertanya dan mencari jejak digital Dandy. Hanya untuk menemukan gaya hidup Dandy sangat hedon. Dan diketahui ayah Dandy adalah pejabat Eselon III di Dirjen Pajak Kemenkeu. Lalu setelah dicari LHKPN sang ayah, tidak dicantumkan Jeep Rubicon atau Harley yang dikendarai Dandy.

Dari sini, diketahui harta kekayaan ayah pelaku lebih besar sedikit dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Netizen bertanya-tanya, usaha apa yang dilakukan ayah Dandy memiliki kekayaan sebesar itu? Mengapa juga ada aset yang tidak dilaporkan di LHKPN? Jangan-jangan ada lagi aset yang tidak diungkap?

Sebagai pejabat Kemenkeu yang menagih pajak, mereka malah tidak taat membayar pajak kendaraan. Netizen pun membentuk wacana, bahwa mereka semua diminta membayar pajak ini dan itu. Tapi pejabat pajak malah ngemplang pajak dan hidup foya-foya. Sampai Kemenkeu pun memberikan klarifikasi, bahwa ayah pelaku dicopot dari jabatannya.

Tak beberapa lama, sang ayah meminta maaf pada publik atas kelakuan nir-nalar anaknya. Lalu sang ayah juga menulis surat pengunduran dirinya dari Kemenkeu. Karena netizen melihat integritas yang tercoreng dari perilaku hedon dan kecurigaan pada LHKPN dan asal harta.

Sang pacar juga diketahui ikut terlibat. Karena Agnes, sang pacar dianggap menjebak David untuk dikeroyok. Agnes yang ditelusuri netizen jejak digital menemukan hal unik. Mulai dari Agnes pernah menjadi model kampanye sekolahnya. Sekolahnya pun akhirnya mengklarifikasi akan melakukan tindakan pada Agnes.

Lalu, sekolah dan kampus Dandy langsung juga memberikan pengumuman. Bahwa, tempat Dandy kuliah memutuskan untuk men-drop out Dandy dari bangku kuliah. Dan sekolah terkenal di Magelang, juga menyatakan bahwa Dandy hanya pernah sekolah di sana dan bukanlah alumni mereka.

Walau mungkin tidak secara langsung terlibat. Dan netizen juga banyak yang tadinya tidak peduli. Kini tempat usaha sang ibu pelaku juga di-review bomb buruk netizen. Resto di Yogyakarta milik sang ibu diberikan review bintang 1 dari 5 bintang. Ada reviewer juga menyelipkan foto Dandy dan sang ayah, bukan foto resto atau makanannya.

Dengan waktu pelaporan SPT mendekat, nuansa mosi tidak percaya pada Dirjen Pajak mulai bergulir. Alasannya sederhana. Hidup hedonis dan mengakali LHKPN pejabat Eselon Dirjen pajak, seperti ayah Dandy, menunjukkan minimnya integritas. Tidak ada masyarakat yang rela uang pajaknya malah dibuat hura-hura keluarga pejabat pajak, seperti Dandy.

Memviralkan sebuah kasus atau isu bukanlah rahasia umum. Bagai pedang bermata dua, viral bisa jadi penyelamat atau buat kualat. Melariskan pedagang orang tua yang berkeliling dengan memviralkan bisa membantu. Tapi memviralkan anak yang mengguyur orang tua sendiri malah memiskinkan pelaku.

Netizen dengan budaya partisipatif juga sebuah paradoks. Semakin lekat kolaborasi, semakin mudah bergerak memviralkan. Tetapi juga kadang bisa terpeleset. Memviralkan kasus anak SD yang bohong soal upaya penculikan pernah terjadi. Netizen juga dibohongi seorang pria yang hidup kembali dari kematian demi hindari hutang.

Besarnya rentetan dampak kasus ini bisa juga didorong pengaruh dari jejaring sang ayah korban. Karena korban adalah anak dari petinggi Ansor, maka jejaring NU bisa tergerak. Bisa secara sukarela karena bersimpati dengan sesama kader Ansor. Bisa juga diasumsikan ada yang bergerak karena kemarahan tindakan Dandy.

Kekerasan tidak pernah bisa dibenarkan. Dari kasus Dandy, api viral telah melahap segalanya. 

Salam

Wonogiri, 25 Februari 2023

12:25 am