Beberapa orang yang mencoba Blenderbot menemukan hasil percakapan rasis dan partisan. Ada juga yang mendapatkan jawaban mengandung teori konspirasi. Lucunya, Blenderbot bahkan setuju jika Mark Zuckerberg diusir dari Meta. Blenderbot pun dihentikan tanpa batas waktu. Bisa dicek di sini.
Alphabet, induk perusahaan Google juga merilis chatbot-nya beberapa hari lalu. Chatbot mereka diberi nama Bard. Dibasiskan pada LaMDA (Language Model for Dialogue Applications), Bard jadi penantang kelas berat ChatGPT. Walau pada saat rilisnya, Bard menunjukkan jawaban yang tidak akurat.
Di hari perilisan Bard, dan karena blunder jawaban, saham Alphabet anjlok 100 miliar USD. Dengan segera Google berbenah dan melatih kembali Bard. Beberapa ahli melihat blunder Bart bisa terjadi karena bias dari hasil pencarian di Google. Karena sifat pencarian terbuka dan begitu banyak, hasil jawaban bisa tidak akurat.
Chatbot berbasis LLM sebenarnya sudah cukup banyak dan beragam. Banyak chatbot telah dilatih menggunakan berbagai macam dataset dan model. Kemampuan sealami, seresponsif, dan seakurat mungkin sebuah chatbot dalam menjawab menjadi kunci. Prospek bisnis chatbot seperti ini pun tentu akan luar biasa.
Bagi kalangan akademisi, mahasiswa, penulis, copywriter, dan banyak profesi lain, ChatGPT sangat membantu. Walau bermanfaat, harus dipahami juga 4 cara untuk menyikapi ChatGPT.Â
Namun perang menggulingkan ChatGPT telah dimulai. Bisa jadi, akan ada chatbot yang lebih hebat dari ChatGPT. Dan kemuncullannya bisa jadi tidak lama
Salam
Wonogiri, 10 Februari 2023
12:27 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H