Medsos milik instansi memang juga memberikan informasi satu arah. Postingan pun sering sekadar memoles citra dan reputasi instansi. Berita viral yang menyoroti brand, persona, dan kebijakan, pun cukup di-counter dengan klarifikasi.Â
Solusi formatif dan sporadis dilakukan semata-mata agar menjadi placebo. Tapi aktivitas-aktivitas ini kadang belum cukup.
Sedangkan kontekstual komunikasi publik dalam ekosistem media baru, seperti Web 2.0, akan selalu dalam mode beta. Mode ini menyiratkan bahwa komunikasi publik lanskap digital selalu direplikasi, dikonfigurasi ulang, kekal, dan terus berevolusi. Meng-counter berita viral hanya salah satu cara. Tapi komunikasi publik yang tepat sebaiknya menjadi prioritas longitudinal.
Sifat medsos yang begitu cair dan lintas platform memaksa tim komunikas publik untuk selalu siaga. Tidak hanya siaga dalam hal mengawasi trending. Tapi siaga mencari ide, konten, dan engagement yang konstan dan terarah. Â Sehingga, Web 2.0 memungkinkan komunikasi publik berpartisipasi dan terlibat aktif dalam proses komunikasi yang membangun citra.
Menjadi viral di media sosial dapat mendatangkan dua efek yaitu positif dan negatif. Walau bukan dalam ranah komunikasi publik, dampak viral ironis didapati pada video singkat odading Mang Oleh di Bandung.Â
Video pendek yang dinarasikan dengan jenaka oleh Ade Londok (Nandar Ukandar) membuat kue odading buatan Mang Oleh menjadi popular dan diserbu pembeli.Â
Ade Londok pun sempat menjadi bintang tamu di beberapa talk show televisi swasta. Media sosial selain mengundang ketenaran juga keuntungan finansial bagi beberapa pihak atau kelompok.Â
Kesuksesan ini juga bisa sementara atau selamanya. Walaupun, ironisnya berita viral ia mengerjai pelawak senior membuat ketenaran Ade Londok terjun bebas.
Salam,
Wonogiri, 17 Januri 2023
11:30 pm