Contoh yang sering kita lihat seperti obrolan bisa langsung terputus karena harus menjawab chat. Mungkin hanya 5 sampai 10 detik. Tetapi jika berulang dengan frekuensi yang dekat. Maka yang kita rasakan adalah obrolan jadi 'hambar'. Atau malah pelaku percakapan saling merasa canggung.
Namun, bukan berarti secara absolut obrolan yang terganggu notifikasi adalah komunikasi kurang baik. Namun, hal ini juga dimaknai sebagai indikasi bahwa obrolan menjadi jenuh. Walaupun, obrolan bisa jadi kembali serius dan bermakna usai jeda singkat melihat notifikasi.Â
Pada tipe komunikasi seperti monolog, smartphone juga bisa berarti disrupsi. Dalam rapat misalnya, saat atasan berbicara dan peserta rapat sibuk dengan smartphonenya. Hal ini bisa dimaknai pembicaraan atasan kurang menarik atau atasan tidak memiliki kesan/kepemimpinan yang baik.
Kehidupan manusia era digital tidak bisa terlepas dari smartphone-nya. Dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun, smartphone adalah teman, pelipur lara, dan medium euforia.Â
Smartphone memiliki manfaat sekaligus mudarat. Memiliki fungsi juga disrupsi. Memiliki konektivitas sekaligus diskonektivitas. Dan memiliki dunia kita sekaligus memenjara kita.
Salam,
Wonogiri, 15 Maret 2020
04:52 amÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H