"Menyentuh dan memahami sisi humanis para napiter adalah kunci deradikalisasi." Jelas pak Irwan.
Permasalahan radikalisme sampai terorisme memang masalah pelik. Apalagi saat ini banyak sekali warga negara Indonesia di Suriah yang ingin kembali. Para eks-kombatan ini tentunya memiliki sisi humanis. Dan pemerintah perlu memahami cara yang lebih humanis dalam deradikalisasi.
Mba Najwa Shihab juga mengungkap, bahwa ISIS dan JAD berbeda dalam banyak hal. Ketika JAD masih merasa tidak perlu menyerang sesama Muslim. Namun kelompok ISIS dibawah Abu Bakar Baghdadi menghalalkan darah Muslim yang berbeda dengan kelompoknya.
Mendengar dan berdiskusi cukup panjang dengan para napiter membuka mata saya. Dibalik aksi tak berkeprimanusiaan mereka. Ada sisi humanis yang patutnya tidak kita lupakan.Â
Ajaran, pemahaman, dan tindakan mereka yang salah adalah hasil dari indoktrinasi. Namun, dibalik itu semua ada nurani yang para napiter punya.
Pak Irwan juga berpesan, agar kita memahami sisi humanis. Dan mau merangkul kembali mereka daripada menjauhi. Karena jika ada isu atau kerusuhan SARA, bukan tidak mungkin eks-kombatan ini bisa bertindak kembali.
Karena skill yang mereke pelajari, seperti merakit bom, menembak, dan membongkar senjata tidaklah hilang. Namun ketika para napiter kebali ke dalam masyarakat. Maka perlakukan dan pandang mereka menjadi bagian dari kita bersama.
Dan kini Bang Jek sudah menjalani kehidupan normal sebagai anggota masyrakat. Ia bahkan mendirikan Yayasan Gema Salam di Solo. Yayasan ini bergerak dalam banyak hal, terutama menjadi tempat rekan-rekan napiter yang ingin kembali.
Salam,
Solo, 22 Februari 2020