Generasi muda adalah kunci meredam bahaya hoaks. Karena mereka memiliki waktu, tenaga, dan jejaring kuat. Dan mereka jugalah yang baiknya membantu generasi yang lebih senior dan lebih muda memahami cek fakta. Karena cek fakta menjadi pintu masuk memahami literasi digital dan media.
Dan sebuah kebanggan buat saya bisa berbagi dengan anak-anak muda ini. Generasi muda yang tergabung dalam gerakan Solo Bersimfoni ini bukan sembarang anak muda. Ke 30 relawan anak muda Solo Bersimfoni ini diseleksi dari ratusan pendaftar.
Solo Bersimfoni adalah gerakan yang cukup muda. Gerakan ini berfokus pada membangun ketahanan dan kohesi sosial masyarakat. Dan pemberdayaan generasi muda dengan pendekatan tradisi lokal menjadi motor penggerak Solo Bersimfoni.
Ada delapan nilai tradisi dalam setiap kegiatan Solo Bersimfoni  yaitu: Gotong Royong, Grapyak Semanak (ramah tamah), Guyub Rukun, Lembah Manah (rendah hati), Ewuh Pakewuh (saling menghormati), Andhap Asor (berbudi luhur), dan Tepa Slira (tenggang rasa).
Kegiatan Solo Bersimfoni cukup beragam dan menarik. Ada kunjungan relawan ke sekolah SMP dan SMA. Ada juga Sekolah Adipangastuti, kegiatan CFD, dan banyak lagi. Kabarnya, ke 30 relawan yang hadir di workshop kali ini akan mementaskan Ketoprak Kekinian.Â
Dalam workshop Kelas Simfoni yang saya hadiri kemarin (23/11) di Nawasena Coworking Space, UNS. Ke 30 relawan terpilih ini sudah belajar cukup banyak dalam hal literasi media dan digital. Bagaimana menjadi warganet yang bijak dan sopan.
Mereka pun diberikan paparan tentang efek positif dan negatif dunia maya. Sebagai tambahan, mereka juga dibekali dasar good netizen dalam konsep 5R (Rights, Respect, Responsible, Reasoning, dan Resilience).
Di workshop ini, saya membawakan urgensi cek fakta dan prakteknya. Pemuda yang kini ada lahir dan tumbuh bersama teknologi. Teknologi bukan lagi hal aneh buat mereka. Sayangnya, lebih banyak pemuda kini cuek dengan bahaya hoaks.
Hoaks yang beredar di grup WhatsApp keluarga misalnya. Pemuda yang ada di dalamnya mungkin akan memilih diam. Bukan karena mereka tidak berani. Namun karena minim literasi cek fakta.
Sebagai relawan Solo Bersimfoni, skill cek fakta menjadi penting. Selain menjadikan diri mereka memiliki skill yang bisa dibagikan kepada publik. Secara personal, skill cek fakta akan membuat mereka lebih percaya diri. Karena mengklarifikasi hoaks tanpa fakta yang valid juga tidak baik.
Saya mulai dengan membahas distorsi komunikasi manusia. Baik lisan, tulisan, dan gesture komunikasi manusia rentan distorsi. Kisah kearifan lokal dalam lakon Aswatama Gugat menjadi contoh nyata. Bagaimana distorsi lisan nama gajah mata bernama Hestitama bisa direkayasa menjadi nama Aswatama.
Begitupun dalam bentuk tulisan seperti kata apel. Apakah kata ini berarti buah atau aktivitas upacara, tergantung pengucapannya. Parahnya, di dunia digital rekayasa macam inilah yang menjadi elemen dasar hoaks membodohi netizen.
Distribusi masif hoaks yang dilakukan oknum atau kelompok semakin membahayakan dampaknya. Orang-orang pun terjebak dengan linimasa serupa, pemikiran homogen, dan persepsi satu arah. Akibatnya, orang-orang ini akan mudah sekali percaya dengan hoaks.
Oleh sebab itu, saya berbagi sedikit tips melakukan cek fakta. Terutama menggunakan chat bot WhatsApp bernama Kalimasada. Chat bot ini menyajikan klarifikasi atas hoaks yang sudah beredar luas. Cukup dengan mengetik keyword dari sebuah narasi hoaks. Klarifikasinya bisa didapatkan.
Beberapa peserta workshop langsung mempraktekkan pencarian fakta dengan antusias. Mulai dari keyword 'radiasi' sampai 'Novel Baswedan' diketik dan didapatkan hasil klarifikasinya.
Dengan mudahnya chat bot WhatsApp Kalimasada. Para peserta workshop Solo Bersimfoni ini diharapkan bisa berbagi, menerapkan, dan menjadi penumpas hoaks di keluarga dan lingkungannya.
Sehingga, para relawan ini mampu bersimfoni bersama dengan cek fakta.
Salam,
Wonogiri, 25 November 2019
03:21 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H