Tak jarang perilaku merugikan yang dijadikan isu tidak ditemukan solusi. Malah menambah problema lain dengan menuduh, melabeli, dan menstereotipe seseorang/kelompok.
Sebutan seperti cebong atau kampret adalah salah satu contohnya. Pelabelan yang diciptakan ini tidak memberikan win-win solution bagi polarisasi akibat Pilpres. Namun malah memperuncing dendam dan konflik yang bisa tersulut kapan saja paska Pilpres.
Sikap dan perilaku tidak sehat ini teramplifikasi akibat preferensi personal dan algoritma. Membanjiri linimasa dengan informasi yang sudah dipahami dan dianut membuat kebebalan. Tak jarang muncul tribalisme digital yang berpotensi menyulut konflik dunia nyata.
Bertanggung jawab atas posting, komentar, atau share jarang disadari dan dilakukan. Apalagi saat keadaan konflik, bencana, dan darurat. Banyak pihak yang mencoba memperkeruh suasana dan kondisi. Tak jarang pula yang menimbulkan korban jiwa seperti hoaks kebencanaan.
Menjadi user yang bertanggung jawab menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama. Kebaikan ini baiknya dilakukan secara kolektif. Melaporkan posting atau komentar memicu ujaran kebencian dan hoaks salah satu cara kita bertanggung jawab.
Jadi, mari kita mulai menghormati hak users, merawat perbedaan, dan menjaga iklim informasi sehat di linimasa.
Pilar digital ke 4: ReasoningÂ
Salam,
Sydney, 01 Oktober 2019
12:32 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H