Produk-produk rilisan negeri Tiongkok cenderung cepat dirilis dan variatif. Berbeda secara umum dengan produk yang dibranding oleh Apple, Nokia, dan Microsoft.
Pembanjiran pasar elektronik dengan produk non-US ini sepertinya membuat visi Apple versi Jobs runtuh.
Semakin cepat sebuah produk dirilis. Maka semakin cepat keuntungan didapat. Walau hal ini mengorbankan inovasi. Lihat saja inovasi smartphone selain Apple yang begitu sepele, baik fitur dan hardware.
Namun, inovasi incremental (sepele) ala smartphone asal Tiongkok kini dianut Apple. Tidak ada inovasi signifikan fitur dan hardware dari trio iPhone 11. Fitur dan kamera serupa dan secanggih iPhone 11 bisa dijumpai di brand lain.Â
Seumpama melangkah, Apple hanya satu jangka ke depan. Bukan berlari atau bahkan melawan arah inovasi pasaran yang ada.
Kabarnya pun, Apple akan merilis self-driving car (mobil otonom). Namun langkah ini ketinggalan jauh dibanding Google dan Tesla yang sudah lebih dulu meneliti dan menguji coba sejak beberapa tahun lalu. Atau Uber yang malah akan meluncurkan taxi robot beberapa waktu ke depan.Â
Lalu untuk apa dan siapa mobil otonom ini akan dirilis dan dijual? Sedang publik sudah akan merasa lebih yakin membeli produk Tesla daripada Apple yang masih 'newbie' dalam ranah ini.
Saat ini Apple dibawah kepemimpinan Tim Cook sedang terdisorientasi. Brand Apple yang lekat dengan eksklusivitas, prestisius, dan mahal tergerus dengan persaingan brand produk elektronik lain.Â
Jika sejak lama Apple merilis jajaran komputer, smartwatch, music players, dan smartphone. Kini di bawah visi Cook, beragam lini produk disasar dan dicoba. Bisa jadi Apple nantinya akan merilis mesin cuci. Misalnya.
Salam,
Jakarta Selatan, 09 September 2019
07:08 am
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H