Namun dalam pikiran khalayak, nama adalah produk tangible. Bahkan nama produk/jasa terkenal bisa diplesetkan. Disesatkan dengan model salah baca, warna berbeda, sampai tautan aneh.Â
Saat sebuah nama dinisbatkan ke seseorang. Maka nama adalah menjadi hak publik untuk diketahui. Dan bisa jadi, akan dinisbatkan nama tersebut untuk orang lain atau anaknya di masa depan.
Agar nama seseorang menjadi 'merek dagang' atau dipatenkan cukup sulit dan aneh. Apalagi saat nama seseorang dituliskan di akta kelahiran. Lalu dicatat di Dukcapil. Atau dituliskan di presensi sekolah dan ijazah. Dimasukkan dalam badan organisasi, instansi, dan lembaga swasta/pemerintah.Â
Sulit rasanya nama seseorang akan tidak mungkin ditiru. Atau dalam bahasa sehari-harinya menjadi inspirasi menamai sesuatu atau seseorang. Nama saya, Giri, bisa saja dijadikan nama orang lain atau perusahaan otobus. Bahkan nama kucing, misalnya.
Ada pertentangan batin buat Franda ketika ada orang (akun) lain memiliki nama serupa. Sampai-sampai ia menegur akun tersebut dengan cara tidak elok. Bisa jadi kesulitannya mencari nama sang anak adalah proses paten nama tersebut.
Namun sebaiknya Franda pun memaknai utuh petikan drama Romeo dan Juliet dari Shakespeare di atas. Biarpun ada nama Zylvechia lain. Namun tidak ada Zylvechia lain secantik, seimut, dan sesempurna Zylvechia miliknya.
Salam,
Wonogiri, 09 September 2019
07:28 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H