Kebenaran, kejujuran, dan fakta kini menjadi barang mahal dan sulit ditemui di dunia maya. Informasi bohong atau misinformasi kini hampir setiap hari kita temui.
Ada gegap gempita dan eros yang terlibat saat hoaks politik kita ketahui. Jika hoaks tersebut dirasa menjatuhkan kubu lawan. Seolah-olah ada erotisme yang menggugah kebahagiaan. Terlintas pun rasa 'kemenangan' atas kubu lawan.
Namun tak jarang kabar politik tadi adalah rekayasa. Fabrikasi dan refabrikasi informasi palsu dan/atau setengah asli.
Dengan informasi lain kita pun sering dikibuli. Seperti belum lama soal kabar kibul hari kiamat di daerah kecil di Jawa Timur. Beberapa desa dengan ratusan KK akhirnya mengungsi ke daerah yang tidak kiamat. Sejak kapan kiamat ditakdirkan terjadi di satu daerah?
Bagi penikmat dan pembaca berita macam hoaks di atas. Kita mungkin tertawa. Kita bertanya. Kita pun kemudian merasa acuh.
Sedang bagi para pengungsi kiamat 'kecil' di atas. Kebenaran sudah diinternalisasi. Dianggap dan dipatuhi sebagai kebenaran hakiki. Karena toh pada akhirnya mereka mengungsi dan panik akan berita kiamat tersebut.
Lalu apa relasi kabar hoaks dengan April Mop pada awal April nanti? Sebuah kebiasaan yang mungkin bagi beberapa dari kita sering lakukan. Mengerjai teman atau saudara di tanggal 1 April menjadi pereda rasa kecewa atau marah orang yang dikerjai.Â
Setidaknya April Fools Day yang sudah lama kita kenal akan tergerus esensinya dengan tsunami hoaks yang kita hadapi.
Pertama, prank atau mengerjai orang di April Mop tak lagi menarik. Karena mungkin hampir setiap hari kita dikerjai informasi bohong. Mulai dari akun sosmed palsu sampai portal berita abal-abal kini bisa mengabarkan kebohongan.
Kedua, prank di April Fool Day sama seperti hari-hari biasanya. Bagi orang yang setiap hari menjadikan gawai sebagai sahabat. Dan sosial media sebagai tempat curhat. Tidak ada yang istimewa dengan April Mop atau Fool Day.
Ketiga, niat dan aktivitas prank pun akan lebih mudah diketahui. Hoaks setidaknya membuat kita kian waspada dan melek pada informasi. Bagi beberapa orang, mereka menjadi hiper-skeptis. Tidak mudah percaya atau bahkan tidak lagi percaya informasi yang diterima.
Keempat, walau sudah dikerjai di April Mop tidak ada kesan. Ada rasa bebal dan kebas pada kebohongan. Dan mungkin bagi beberapa orang menjadi 'mati rasa' saat di-prank. Alih-alih tertawa karena dikerjai temannya. Ia merasa biasa saja dan melanjutkan kegiatan dan aktifitas.
Kelima, sedikit orang yang ingat atau ingin membuat prank pada 1 April. Kalau tidak membaca posting orang lain tentang April Mop. Mungkin tidak pernah ada rencana untuk mengerjai orang lain. Bisa jadi di masa depan orang tidak mengenal lagi 1 April sebagai April Fool Day.
Dari kelima probabilitas dampak hoaks pada April Mop diatas. Maka akan didapati fenomena menyedihkan berikut:
1. Persepsi kita pada kebenaran dan kejujuran yang kian tergerus karena misinformasi yang kita terima di dunia digital
2. Sulit sekali mempercayai beragam informasi atau berita yang kita terima, bahkan dari pihak yang kredibel
3. Kita akan lebih banyak bertanya dan mempertanyakan sebuah beritaÂ
4. Sharing bukan lagi tentang caring di sosmed, tetapi juga mencari verifikasinya yang memakan waktu dan tenaga
5. Kita pun bersikap acuh pada banyak akun dan selalu bersyak wasangka terlebih dahulu.
Bisa jadi, kita akan selalu merasa di-April Mop-kan hampir setiap hari. Karena begitu masif dan terstrukturnya kabar kibul beredar di dunia digital.
Salam,
Solo, 30 Maret 2019
09:01 am Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H