Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menggugat Konsep Rasisme dengan Buku "Bedil, Kuman, dan Baja"

21 Maret 2019   15:31 Diperbarui: 21 Maret 2019   17:27 1814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Bedil, Kuman dan Baja - Ilustrasi: bukukita.com

Teknologi roda, tulisan, dan perundagian tidak bisa diadopsi banyak bangsa karena banyak hal. Seperti ketertinggalan pemahaman teknologi agraris, seperti di Papua dan Australia. Walau kaya akan hasil mineral besi. Papua dan Australia belum unggul mulai dari peralihan populasi kesukuan ke bentuk negara.

Suku Maori di Selandia Baru mau menerima bedil bangsa Eropa di tahun 1800-an. Sehingga mereka akhirnya mampu mengalahkan suku-suku lain. Walau jumlah suku Moriori waktu itu 2 kali suku Maori yang bersenjata bedil. Suku Moriori tetap takluk oleh serangan 400 orang suku Maori.

Maka jawaban mengapa masyarakat Eurasia (kulit putih) bisa lebih maju dari kebanyakan benua atau daerah lain dapat dijawab. Bukan karena warna kulit dan besar badan yang membuat kulit putih unggul. Tapi lebih kepada keuntungan ekologis dan upaya terinstutionalisasi sejak ribuan tahun lalu.

Mesin Printing Press Gutenberg dari abad ke 14 - Ilustrasi: petertyre.wordpress.com
Mesin Printing Press Gutenberg dari abad ke 14 - Ilustrasi: petertyre.wordpress.com
Analogi Biner
Ada yang menarik dari bab 5 bertema'Kaum Berpunya dan Kaum Tidak Berpunya Sepanjang Sejarah'. Jared mengungkap bahwasanya sampai jaman modern sekalipun. Banyak daerah yang mendukung produksi tanaman pangan. Namun mengapa tidak berkembang.

Sedang daerah asal mula produksi pangan sejak ribuan tahun lalu, kini kering kerontang. Daerah seperti Irak, Iran, Meksiko, pegunungan Andes, beberapa bagian di Cina, serta daerah Sahel di Afrika. (Figur 1 diatas)

Padahal penduduk di daerah yang lebih dahulu memproduksi pangan, lebih dahulu berkembang. Dengan kata lain, dari penguraian di atas. Maka tak pelak, penduduk di banyak daerah Eurasia mampu menguasai teknologi karena lebih dahulu menguasai skill produksi pangan.

Tak heran kini banyak daerah di Eurasia memiliki lebih banyak kekayaan, teknologi, dan persenjataan militer. Era agraris yang juga mendorong era eksoplorasi berbasis merkantilisme mulai abad ke 14. Secara tidak langsung juga mendorong keunggulan bangsa Eurasia.

Hal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibantah. Apa saja yang di dunia modern terjadi di Eropa atau Asia. Kini berpengaruh secara global.

Demikian halnya dengan analogi modern model anak yang dibesarkan di keluarga mampu dan kurang mampu. Seorang anak yang besar dengan pendidikan, kesehatan, dan finansial terjamin. Akan mungkin tumbuh menjadi suksesor kesuksesan keluarganya.

Namun bagi anak dari keluarga kurang mampu. Dengan kondisi finansial yang pas-pasan. Serta jaminan pendidikan dan kesehatan yang kurang layak. Akan cukup sulit mencapai citta-cita atau kesuksesan di masa depan. Walau bukan tidak mungkin.

Begitupun analogi dengan keunggulan beberapa bangsa di dunia. Jika beberapa bangsa dunia sejak dahulu beruntung secara ekologis, berlimpah dalam flora dan fauna, dan memiliki tatanan sosial-politik yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun