Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Xuexi Qiangguo dan "Digital Sovereignity" ala China

23 Februari 2019   13:48 Diperbarui: 23 Februari 2019   23:22 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sistem sosial ini menganut prinsip 'Once untrustworthy, always restricted' menurut Zhang Yong. Ia adalah deputi National Development and Reform Commission (NDRC) di China. Selama beberapa tahun ke depan, sistem ini akan diterapkan di beberapa propinsi di China.

Dasar infrastruktur sistem ini selain melalui Big Data juga memonitor langsung. Sekitar 176 juta kamera surveillance atau CCTV dipasang di banyak tempat di China. Dan sampai 2020, ditargetkan akan ada 626 juta kamera untuk memantau 1.3 miliar populasi penduduk di China.

Di sebuah kota di Jinan, mereka yang menyebrang jalan secara sembrono dipermalukan via layar di samping jalan raya. Selain foto diri dan nama ditampilkan. Mulai dari alamat rumah sampai nomor identitas dipamerkan secara publik beberapa lama.

Sedang pada kasus lebih ekstrim, intimidasi minoritas Muslim Uighur di kota Kashgar sering terjadi. Dengan iklim paranoia pada Islam yang kental. Mereka yang memiliki jenggot bisa ditangkap tanpa pemberitahuan oleh aparat kepolisian. 

Bahkan penggunaan tissue toilet berlebih kini menjadi ranah yang dimonitor di Beijing. Melalu mesin dispenser dengan pengenal wajah (facial recognition). Dispenser tissue ini akan menilai buruk bahakn dilaporkan ke polisi bagi orang yang mengambil kertas toilet berlebih. 

Tidak hanya data, kamera facial recognition, deteksi via suara juga diterapkan pemerintah China. Kini ada sekitar 70 ribu sample suara penduduk di China berdasar etnik, daerah, usia dan gender. Dengan sample data ini, diharapkan bisa mendengarkan percakapan penduduk untuk mengetahui asala dan etnisitas via percakapan telpon atau digital.

Sehingga, aplikasi Xuexi Qiangguo hanya menjadi salah satu cara destabilisasi privacy publik. Pelanggaran kebebasan mengkritik pemerintah pun ditekan sampai titik minim. Makna ideologis Partai Komunis menjadi konsep stabilisasi negara. Walau hal tersebut mencerabut nilai demokrasi.

Xuexi Qiangguo hanyalah perpanjangan campur tangan pemerintah pada kehidupan rakyat. Negara menurut mindset sosialis dunia siber kini bukan saja hadir. Tapi memonitor dan mengatur. Baik itu via daring maupun non-daring.

Salam

Solo, 23 Februari 2019

01:46 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun