Tidak ada pelarangan, intimidasi atau persekusi bagi pembeli dan pemberi coklat di hari Valentine nanti. Yang terjadi hanya kegaduhan satu minggu sebelum dan sesudah tanggal 14. Beragam wacana dan pro-kontra hari kasih sayang dan pemberian coklat memenuhi linimasa dan kepala.
Sayangnya, hal ini banal diulang tahun demi tahun. Tahun kemarin, dua tahun lalu, bahkan mungkin tahun depan. Semakin terakumulasi wacana coklat haram di hari Valentine. Semakin banyak pula 'pengikut' keyakinan ini.
Lima tahun dari sekarang, bisa jadi kita beralih ke kondisi imajiner sedang. Konflik sosial pun bisa terjadi. Pemerintah urung campur tangan karena katanya masalah keyakinan adalah urusan personal.
Namun negara luput melihat kalau wacana sudah menjadi tindak nyata. Karena begitu masifnya pendukung dan kuatnya keyakinan atas coklat yang dapat menyelewengkan sebuah keyakinan. Kondisi imajiner ekstrim mungkin bisa terjadi.Â
Semua hanya gegara satu hari dimana coklat menjadi haram.
Salam,
Solo, 13 Februari 2019
09:55 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H