Atau membeberkan fakta berita hoaks lalu dianggap antek Capres sebelah. Dan setelahnya, kita pun di-stereotipe pendukung Capres lain. Kalau si A itu simpatisan Capres anu. Kalau si B itu sama pilihan Capresnya.
Kejenuhan trending topik dan top feed linimasa berkutat pada tagar politik. Entah apa yang dicari buzzer dan para simpatisan dengan trending? Apakah jika sebuah tagar/berita sudah viral dan trending. Maka Capres jagoannya akan menang?
Dan, 'racun' politik ini sepertinya tidak akan habis usai gelaran Pilpres 2019. Akan tetap ada bibit-bibit kebencian politik baru. Dan mungkin akan ada saja oknum yang mengekploitasi kebencian linimasa. Dan semua demi meraih viralitas dan trending yang terlupakan 1 jam setelah trending terjadi.
Dan kebencian pada pembicaraan politik akan tetap ada. Karena sosmed adalah medium aspirasi bebas dan tanpa batas. Yang sering terjadi adalah orang baik di dunia nyata. Belum tentu baik juga di dunia maya.
Salam,
Solo, 05 Februari 2019
10:36 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H