Pesan Thiel tadi menyiratkan, bahwa ideologi trans-humanisme kini sedang dianut dan didiseminasi. Saat teknologi kian maju dan tidak terbatas. Manusia memiliki 3 opsi untuk bisa hidup abadi.Â
Pertama, atas bantuan teknologi manipulasi kimia organik. Kedua, menjadikan dirinya bionic atau setengah robot. Atau terakhir, menjadikan diri sepenuhnya robot atau android berkesedaran.
Seperti tulis Harari khususnya dalam buku Homo Deus. Proposisi ini mungkin dianggap fiksi dan hanya ada di film semata. Namun fenomena trans-humanisme, selain contoh diatas, sedang terjadi.
Pengobatan medis kini bukan sekadar mengobati manusia. Tetapi banyak penelitian dan tindakan medis berfokus pada penyempurnaan manusia. Saat mayoritas masih berfikir untuk menyembuhkan penyakit. Para konglomerat berpacu untuk bisa terus pajang umur bahkan tak bisa mati.
Contoh umum dan sederhana seperti operasi plastik. Saat operasi plastik dulu banyak diaplikasikan pada korban perang dunia ke I. Kini operasi plastik berkembang dan banyak berfokus pada sisi estetika.Â
Contoh lain, seperti penyematan bagian tubuh prostetik yang lebih baik, kuat, dan bahkan berkekuatan super kini sudah ada. Bukan transplantasi mata, kini ada kacamata yang membuat tuna netra mampu melihat dunia.
Karena adagium 'Kesehatan adalah segalanya' mungkin bukan lagi sebuah mitos. Jika orang dulu dan kini bersusah payah jauh menghindari dan mengobati penyakit. Mempersiapkan tanggungan kesehatan melalui beragam mode finansial.Â
Mungkin kesehatan bukan lagi sebuah ancaman penyakit, kelaparan dan perang seperti di abad ke 17 atau ke 18.Â
Sedang 15-20 tahun dari sekarang akan ada bayi-bayi super tanpa perlu imunisasi. Manusia-manusia yang selalu sehat karena tubuhnya dimonitor nanobot melalui aliran darahnya. Atau, mereka yang masih bisa bekerja sampai usia 105 tahun. Karena mereka mampu hidup sampai 150 tahun.
Sains dan teknologi menjadi 'inconvenient truth' untuk kita semua. Pada satu sisi, teknologi menjadi tumpuan kehidupan kita. Namun di sisi lain, sekolompok elit manusia melihat potensi tidak terbatas sains dan teknologi.
Saat 10,000 tahun lalu Homo Sapiens (kita) mengembangkan kognisi dan narasi membangun imperium. Kini 'trah baru', Homo Deus sedang membangun ideologi dan peradaban mereka sendiri.Â