Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekilas Menyoal Trans-Humanisme

5 Februari 2019   00:02 Diperbarui: 5 Februari 2019   00:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan Thiel tadi menyiratkan, bahwa ideologi trans-humanisme kini sedang dianut dan didiseminasi. Saat teknologi kian maju dan tidak terbatas. Manusia memiliki 3 opsi untuk bisa hidup abadi. 

Pertama, atas bantuan teknologi manipulasi kimia organik. Kedua, menjadikan dirinya bionic atau setengah robot. Atau terakhir, menjadikan diri sepenuhnya robot atau android berkesedaran.

Seperti tulis Harari khususnya dalam buku Homo Deus. Proposisi ini mungkin dianggap fiksi dan hanya ada di film semata. Namun fenomena trans-humanisme, selain contoh diatas, sedang terjadi.

Pengobatan medis kini bukan sekadar mengobati manusia. Tetapi banyak penelitian dan tindakan medis berfokus pada penyempurnaan manusia. Saat mayoritas masih berfikir untuk menyembuhkan penyakit. Para konglomerat berpacu untuk bisa terus pajang umur bahkan tak bisa mati.

Contoh umum dan sederhana seperti operasi plastik. Saat operasi plastik dulu banyak diaplikasikan pada korban perang dunia ke I. Kini operasi plastik berkembang dan banyak berfokus pada sisi estetika. 

Contoh lain, seperti penyematan bagian tubuh prostetik yang lebih baik, kuat, dan bahkan berkekuatan super kini sudah ada. Bukan transplantasi mata, kini ada kacamata yang membuat tuna netra mampu melihat dunia.

Karena adagium 'Kesehatan adalah segalanya' mungkin bukan lagi sebuah mitos. Jika orang dulu dan kini bersusah payah jauh menghindari dan mengobati penyakit. Mempersiapkan tanggungan kesehatan melalui beragam mode finansial. 

Mungkin kesehatan bukan lagi sebuah ancaman penyakit, kelaparan dan perang seperti di abad ke 17 atau ke 18. 

Sedang 15-20 tahun dari sekarang akan ada bayi-bayi super tanpa perlu imunisasi. Manusia-manusia yang selalu sehat karena tubuhnya dimonitor nanobot melalui aliran darahnya. Atau, mereka yang masih bisa bekerja sampai usia 105 tahun. Karena mereka mampu hidup sampai 150 tahun.

Sains dan teknologi menjadi 'inconvenient truth' untuk kita semua. Pada satu sisi, teknologi menjadi tumpuan kehidupan kita. Namun di sisi lain, sekolompok elit manusia melihat potensi tidak terbatas sains dan teknologi.

Saat 10,000 tahun lalu Homo Sapiens (kita) mengembangkan kognisi dan narasi membangun imperium. Kini 'trah baru', Homo Deus sedang membangun ideologi dan peradaban mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun