Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal 7 Jenis Misinformasi, Konten dan Akun Mengelabui

12 Desember 2018   19:28 Diperbarui: 12 Desember 2018   22:08 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duplicate - Ilustrasi: econsor.de

Internet memiliki unsur yang begitu rumit, sebuah super-organism yang kompleks, dan memiliki cara pandang post-modern. Tujuan dasarnya adalah membebaskan manusia modern yang didasari hakikat dan nilai abstrak untuk membangun eksistensi yang bebas dan berkebaruan. Informasi pribadi dan publik pun bertransformasi secara bebas dan tidak terikat dalam kultur dunia siber. (Philosophy of The Internet)

Keberlimpahan informasi dan kultur bebas ala dunia postmodern ini menyebabkan tsunami informasi. Netizen secara langsung, masif, dan bersama-sama mengakses beragam informasi secara real-time. Dan diantara informasi yang ada, banyak oknum nakal menyalahgunakan informasi. Misinformasi dalam hal menipu atau mengelabui konten/akun sering kita jumpai.

Misinformasi jenis ini adalah kegiatan merekayasa akun atau konten populer dengan tujuan finansial, parodi, atau provokatif. Mencari traffic berupa share, klik dan visit adalah tujuan manipulatif yang digunakan. Dengan difasilitasi sosmed, tak jarang konten pengelabuan ini viral dan dipercaya banyak orang. Dampaknya, kita terjebak pada misinformasi.

Modus Mengelabui Dengan Konten/Akun

Ada dua modus misinformasi konten tiruan yang dilakukan di dunia maya. Keduanya antara lain meniru situs berita terkenal dan meniru akun medsos selebritis/orang biasa. 

1. Menipu Dengan Nama Mirip Situs Berita Terkenal

Di tahun 2017, sebuah berita bersentimen LGBT beredar di US. Menurut berita tadi, pertandingan NBA All-Star 2017 batal dilakukan di Charlotte, North Carolina. Hal ini dikarenakan daerah North Carolina yang bersikap anti-LGBT. Namun akhirnya NBA sendiri melansir bahwa kabar tersebut adalah hoaks.

Situs berita yang mengabarkan informasi ini terlihat sekilas mirip dengan situs ABC News. Namun, dengan sedikit 'kreatifitas' situs tersebut terdaftar sebagai abcnews.com.co. Bahkan semua kabarnya interface dari situs ini menampilkan mirip dengan situs. Walau kini situs abcnews.com.co sudah tidak dapat diakses sama sekali.

Dilansir dari fanspage Facebook FAFHH, di tahun 2017 di Uttar Pradesh India beredar situs palsu atas nama pemerintah. Situs ayodhya-issue.gov-up.in membuat polling soal sengketa masjid Ayodhya Ramjanmabhoomi-Babri. Guna mencegah konflik keagamaan, situs resmi pemerintah setempat segera menyanggah polling tersebut.

Situs lain seperti CNNews3.com juga sempat menipu banyak users. Selain situs 'plesetan', snopes.com sudah membuat list situs berita palsu. Situs-situs ini membuat alamat yang cukup meyakinkan seperti National Report, World News Daily Report, atau Associated Media Coverage. Walau tidak semua berisi konten tiruan, tetapi ada juga parodi.

Fake Twitter - Ilustrasi: mycostumers.com
Fake Twitter - Ilustrasi: mycostumers.com
2. Mengelabui Dengan Akun Sosmed

Seorang musisi music country di US, Kip Moore sempat geram pada akun palsu atas nama dirinya. Akun Instagram asli Mr. Moore disalahgunakan dengan nama akun palsu Kip Moore menyalin tempel persis akun aslinya di kipmooremusic. Sedang di Instagram sendiri ada 61 akun dirinya dan 28 di Facebook. Akun palsu ini tak segan meminta donasi atau uang kepada fans setia.

Beberapa kasus serupa pun tak luput dari pantauan Mafindo di forum FAFHH. Akun palsu dengan foto profile Fahri Hamzah di Twitter sempat membuat gaduh linimasa dengan kritik provokatifnya. Ustadzah seleb Oki Setiana Dewi di Facebook pun sempat menyebar berita hoaks kesehatan. Bahkan fanspage Facebook Satlantas Surakarta pun sempat dipalsukan oknum untuk menggiring opini provokatif.

Kembali, tujuan finansial dan politis akun palsu dengan konten tiruan/palsu ini cukup berbahaya. Misinformasi yang diciptakan via sosmed tak jarang membuat gaduh dan disorot media arus utama. Publik pun tak jarang resah dengan konten yang disebarkan oleh akun-akun tiruan ini.

Apa yang Bisa Kita Lakukan

Tentunya kredibilitas portal berita patut kita fahami. Di sosial media, banyak situs berita yang sudah terverifikasi. Facebook, Instagram dan Twitter memberikan badge biru (verified user) untuk portal berita atau akun asli. Sehingga jika menjumpai akun berita mirip dan tidak terverifikasi, kita sudah harus curiga terlebih dahulu.

Walau tidak semua berita atau akun terverifikasi, jejak digital patut juga kita perhatikan. Sebuah akun portal berita berisi berita yang cenderung provokatif atau malah menyebar hoaks bisa kita lihat dari posting-postingnya. Begitupun dengan akun pribadi/seseorang yang kadang asal mencomot foto tokoh/orang padahal akun bodong.

Dan terakhir, selalu Saring Sebelum Sharing semua informasi dari dunia digital. Jangan kita terjebak dalam mendeseminasi kabar bohong.

Jenis misinformasi lain, Satir atau Parody, Clickbait, 

Salam,

Solo, 12 Desember 2018
07:27 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun