Peruntukan awal sample suara ini konon untuk ranah pertahanan dan keamanan negara. Namun pemerintah Tiongkok sendiri belum jelas menggariskan pola pengawasan dengan MMB ini.Â
Pemerintah Tiongkok  saat ini melakukan pengawasan masyarakat dengan kamera face-recognition. Di banyak tempat, kamera dan drone berkamera AI mengenali satu-persatu warga yang sedang beraktifitas.Â
Namun pada praktiknya, banyak kejadian salah tangkap akibat kamera ini. Sehingga banyak pihak yang melihat apakah perlu MMB dengan parameter pola suara dibuat juga.Â
Sehingga demi mengenali pelaku kejahatan, terorisme, dan radikalisme. Setiap orang di Tiongkok harus dikenali mulai dari data DNA sebesar zarah, wajah, sampai suara.Â
Kabarnya pemerintah Tiongkok pun telah membuat mesin Artificial Intelligence (AI) untuk mendeteksi posting yang bernada mengkritisi pemerintah. Beberapa aktifitis dan tokoh politik berhasil diamankan polisi karena bersuara sumbang di sosmed WeChat.Â
Sehingga MMB yang diciptakan pemerintah Tiongkok bukan sekadar pengukuran fisik penduduknya. Jejak digital dan MMB menjadi acuan pengawasan holistik (atau mungkin panoptic).
Pengawasan dengan model seperti di pemerintah Tiongkok tentu menimbulkan pro-kontra. Pada satu sisi yang dipertaruhkan kita sebagai pengguna internet adalah kebebasan berpendapat dan privasi.
Pengawasan super ketat ala pemerintah Tiongkok tentu membungkam kebebasan berpendapat. Tiongkok sendiri dianggap independen dari pengaruh Google atau Facebook.Â
Penggunaan server dan platform sosmed negri sendiri memang ditekankan pemerintah. Tak heran Google, Facebook, Twitter dan ribuan situs lain diblok di negri tirai bambu ini.
Sehingga, tidak ada lagi sekat privasi untuk users baik dunia nyata maupun digital. Mungkin hal ini terjadi bagi publik di Tiongkok.Â