Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Tantangan Digital

25 November 2018   12:28 Diperbarui: 25 November 2018   12:53 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Drawing Using VR Photo by Eugene Capon - Foto: pexels.com

Startup teknologi di New Zealand bahkan sudah membuat guru robot pertama untuk siswa SD. Will sang guru virtual avatar ini mampu berinteraksi layaknya guru. Perbedaannya, Will berada dalam layar monitor.

Namun, dengan lebarnya kesenjangan inovasi pendidikan dan teknologi. Guru menghadapi beberapa problema dalam teknologi pendidikan ini. Setidaknya ada 3 hal penting:

  1. Kepemimpinan, dimana kebijakan dan prinsip otoritas pendidikan harus memihak aspek pedagogis dan teknologi dalam pendidikan
  2. Visi dan misi yang sama, dimana garis-garis jelas pemandu penerapan teknologi dalam kurikulum, silabus, sampai rencana pembelajaran harus jelas  
  3. Dukungan teknis dan pedagogis, dimana pihak-pihak terkait saling melengkapi dan mendukung dalam teknis dan implementasi teknologi dalam kelas. (Howard & Mozecjko, 2015)

Drawing Using VR Photo by Eugene Capon - Foto: pexels.com
Drawing Using VR Photo by Eugene Capon - Foto: pexels.com
Teknologi selalu dianggap perubahan dalam linimasa historis. Menulis yang dulu dianggap para guru di era filsuf Yunani adalah disrupsi. Sama halnya dengan teknologi film, radio, televisi, dan internet dalam penerapannya di dalam kelas.

Kini, disrupsi digital menjadi tantangan yang guru hadapi. Kesenjangan digital antar generasi yang kian lebar menyebabkan cara dan metode belajar siswa berubah 180 derajat.

Siswa kini adalah self-inquirer pada dunia dan entitas yang mereka ingin fahami di dunia via dunia maya. Saat guru masih menerapkan pola beljara pen-and-paper, bisa jadi resistansi dan keengganan siswa muncul. Karena yang terjadi di dalam kelas dianggap tidak sesuai realitas dunia yang siswa kenal.

Guru sejatinya tidak boleh berdiam diri. Memahami dan mengimplemantasi teknologi digital jangan dianggap sebagai disrupsi. Karena disrupsi hanya menciptakan mindset ketakutan. Ada baiknya era industri 4.0 adalah masa kalibrasi para pendidik.

Dari mulai variasi metode mengajar yang bisa di-up-to-date. Sampai mengundang platform sosmed ke dalam kelas. Menjadi beberapa alternatif mendalami pendidikan di era digital. 

Selamat hari Guru Nasional 2018.

Salam,

Solo, 25 November 2018

12:26 pm 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun