Sedang di dunia nyata, para pembenci pun berkumpul dengan 'kaumnya'. Mencoba mencari kenyamanan ala linimasa sosmed. Tidak ada konflik yang dimunculkan. Cukup ghibah, prasangka, dan pengingkaran yang menjadi bahan obrolan.
Mereka tidak merasa sungkan dengan apa yang di-posting saat mereka duduk menggunjing. Karena perspektif bias ini sudah terbentuk dan terpelihara dalam penjara gelembung bias linimasa.Â
Menemukan isu untuk menjadi bahan kebencian baru sudah serupa menemukan strategi perang baru. Adrelinalin para pembenci membuncah dan beriak-riak. Isu ini yang publik harus tahu dan sadar.Â
Walau semua berdasar 'apa kata si A atau si B'. Namun jika si A atau si B adalah bagian dari kelompok pembenci. Tidak perlu ada validasi dan penelusuran fakta. Hal ini melelahkan. Karena gempita fakta 'katanya' lebih menggairahkan daripada pencarian kebenaran.
Akhirnya, hati-hati para pembenci tidak bisa dikatakan membatu. Karena label hati membatu menurut kubu lawan tidak akan digubris bahkan didengar.Â
Salam,
Solo, 09 November 2018
12:32 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H