Dari sisi 'mistik' inilah firasat dianggap patut menjadi list pertanyaan pewarta. Dan tak ayal, banyak dari penikmat berita aktual dan faktual. Jatuh ke dalam berita irasional seperti ini.
Terakhir, berita tentang firasat keluarga/korban di era digital pun menjadi komoditas klik/visit. Berita era digital mungkin bukan lagi tentang cover both sides of a story. Tetapi meng-cover semua sisi berita yang bisa dikorek.
Selain aktual dan faktual, kadang berita era digital menyorot sisi trivial (belaka). Berita-berita yang isinya sebenarnya tidak terkait langsung pada peristiwa. Tapi coba dikait-kaitkan demi klik atau trend sosial media.
Selain tentang firasat, akan muncul berita tentang perasaan keluarga korban. Atau cuplikan film/footage tentang sebuah tragedi serupa di lain waktu dan negara. Sampai mewawancara artis/tokoh tentang pernah tidak mengalami kejadian serupa.
Jadi ada oksimoron tentang pertanyaan artikel ini. Konten firasat secara jurnalistik, tidak masuk ke dalam kategori newsworthy. Namun saat pola psikologis, sosio-kultural, dan ranah digital begitu berpengaruh. Firasat pun menjadi bagian sebuah berita sebuah peristiwa.
Salam,
Solo, 31 Oktober 2018
02:47 pm