Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Koruptor Dimanja di Negeri Sendiri

17 September 2018   16:49 Diperbarui: 17 September 2018   16:52 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
To Corrupt The Innocence - foto: artflakes.com

Ah, sudah serupa bahan lelucon. Bilik rutan 'asli' milik Setya Novanto tersidak juga. Bersama kolega koruptor, Nazaruddin mereka berbincang di sana. Di sebuah kamar yang aslinya cukup mengenaskan. Sudah bisa disulap dan disembunyikan dari khalayak sedemikian rupa. 

Sempat dahulu Setnov dikunjungi Najwa Shihab. Dan bercerita panjang lebar tentang deritanya. Betapa nasgor 10 ribu perak cukup membuatnya bahagia. Walau kini nyatanya itu semua dusta. 

Dan kita terus dibuat tertawa dengan para koruptor di negri wkwkwk ini. Ada 40 orang anggota DPRD Malang Jatim tercyduk. Dengan gempita dan berasa artis, mereka dadah-dadah. Juga tersenyum. Sudah lucu kita menyaksikan mereka. Ditambah tingkah mereka kita pun terbahak.

Dan polemik caleg mantan koruptor pun bergulir. Ia akhirnya bertemu tembok halusinasi bernama Hak Asasi Manusia. Caleg mantan koruptor pun punya hak politik, katanya. Sedang apa mereka pernah berfikir hak hidup orang lain atas uang yang mereka tilep?

Sehingga 38 caleg mantan koruptor melenggang untuk Pileg 2019 nanti. Dengan modal dasar uang korupsi yang diputar dan dicuci. Mereka pun mulai mencetak wajah dengan senyum mereka besar-besar di baliho kota. Serasa tiada pernah terbersit rasa sungkan akibat cela mereka di masa lalu.

Bukankah sudah lucu benar tindak korupsi di negri ini sampai negri lain pun menyoroti. Kabarnya ada media asing mengabarkan mega-korupsi fantastis nilainya.

Adalah mantan pemimpin negri ini menjadi konduktor mega korupsi. Dengan dalih menyelamatkan uang nasabah bank. Ia dan kroni-kroninya menggelapkan triliunan rupiah ke penjuru manca negara.

Kalau masih kita ingat, bukankah ludruk mega korupsi ala BLBI dulu sempat ada. Dan kini entah mengapa banyak yang melupakannya. Atau memang sengaja dilupakan.

Belum lagi era 90-an Edi Tansil sempat mencuri 15 deret angka nol dari negri ini. Betapa gempar dahulu lelucon ini sempat kita tertawakan pedih di media. Namun hingga sekarang, entah kemana Edi Tansil yang kini malah menjadi nama disfungsi ereksi.

Dan di sela penderitaan korban bencana Lombok kemarin. Masih ada saja anggota DPRD Lombok yang terjaring OTT karena mengutil uang donasi. Hahaha. Bukankah sudah lucu tingkat dewa korupsi negri ini?

Tiada jera koruptor berulah dan berpolah di negri ini. Tumbang satu muncul seribu. Bak nyamuk. Yang terdengar di telinga cuma 1. Tapi yang menggigit ada 20.

Menertawakan amtenar negri ini yang begitu rikuh membasmi korupsi adalah paradoks. Saat sang kepala negara begitu mengutuk korupsi. Tapi anggota badan penggerak negri ini begitu ceroboh mencuri sana-sini.

KPK digempur berkali-kali dan menjadi politisasi polemik mencari kuasa negri. Tapi KPK bergeming. Ada yang sanksi tapi banyak yang masih meyakini KPK tetap membasmi korupsi.

Saya, rakyat jelata tertawa perih menertawakan korupsi negri ini. Betapa kedzoliman yang terstruktur dan terkoordinasi mengalahkan kebaikan yang sporadis. Banyak kebaikan dan nilai positif yang ingin dicapai. Tapi terbentur lama dan banalnya sistem koruptif negri ini.

Wkwkw saja melihat berita OTT korupsi. Sembari hati pilu meratapi nasib dan hak rakyat yang dicuri.

Salam,

Solo, 17 September 2018

04:49 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun