Prof. Sardono W. Kusumo memandang gamelan saat ini malah bukan gamelan. Pengalamannya waktu kecil melihat tari Bedhaya Ketawang yang sakral di Kraton jauh berbeda dengan masa kini. Dulu para penari membawa 'aslinya' manusia yang langsing/gendut, pendek/tinggi. Sehingga dalam kekurangan ini muncul refleksi diri para penonton. Mereka merasa sama dan serupa dengan para penari.Â
Begitupun dengan gamelan. Gamelan yang out-of-tune atau mblero sejatinya gamelan yang asli. Kabarnya satu set gamelan mblero seperti ini ada di luar negri. Dengan suara fals dari tiap instrumen dalam gamelan, malah menciptakan kesempurnaan. Persis seperti tari Bedhaya Ketawang yang pernah beliau tonton saat masih kecil.
Sehingga, membahas gamelan adalah membahas manusia Nusantara, yaitu kita. Bagaimana sejatinya kita harus bangga akan gamelan. Dan di gelaran IGF 2018, gamelan menjadi milik kita kembali, alias homecoming.
Artikel tentang IGF2018 lain:
Lima Alasan Kamu Harus Nonton IGF2018
Salam,
Solo, 10 Agustus 2018
09:54 pmÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI