Kiranya pertama saya beri gambaran sarkas kondisi televisi kita saat ini.Â
RCTI. Swasta tua yang tidak bijak adanya. Acaranya berkutat pada sinetron cinta, harta, tahta dan perempuan. Alurnya sama saja, hanya pemerannya berbeda. Ada acara gosip dan berita sebagai selingan. Tapi seperti biasa, berita hanya refabrikasi dari TV/sosmed. Gosip pun, ah Anda sendiri tahu faedahnya.
SCTV. Pengekor tontonan drama semata. TV yang satu ini pun mirip TV tua di atas. Hanya sinetron jadi andalan, plus ragam FTV. Sayangnya kedua suguhan drama itu kini kian picik. Terlalu banyak logo barang jualan ditampilkan besar-besar.Â
Tiada juga nilai estetiknya, apalagi ada teknik subliminal. Nol alias minim. Dan acara gosip/berita tak jauh TV sebelah.
Indosiar. TV hampir bangkrut yang kian semrawut. Cuma satu acara yang saya ingat dari TV ini, Patroli. Dan karena Indosiar TV yang merakyat, acara sepakbola dan dangdut juga sering ada.Â
Pokoknya meriah dan bisa joget bersama, itu dangdut TV ini. Sepakbola pun menjadi pelipur fans ultras daerah. Judul acara drama sinetronnya pun lucu-lucu kabarnya. Karena judulnya mirip majalah Hidayah.
TPI/MNC TV. Yuuk mari 365 hari terus dangdutan. Konon, TV ini berjuluk Televisi Pendidikan Indonesia. Dulu saya masih ingat cara menghitung rumus Phytagoras. Kini, tak usah ambil pusing. Joget terus mang...!Â
Acara kartun negri Jiran andalan TV ini pun cuma di re-run. Sampai-sampai anak bosan, filmnya itu-itu saja. Oya, sinetron anak ala ala fiksi naga-naga pun cukup bikin heran lho.
ANTV. Televisi asal India... Eh Indonesia. Eh...?? Semenjak pagi, TV ini diwarnai film besutan Bollywood. Siang dan malam pun drama Bollywood pun bermunculan. Dan masih ada lho show 'masak aer' yang cuma ketawa-ketiwi tidak jelas.Â
Acara reality drama kini menjadi hits di TV ini. Dengan bumbu mistis dan 'reka adegan' plus dramatisasi, cukup menyedot iklan, eh perhatian.
TVOne. Sama-sama hyper-partisan, tapi TV ini memang beda kok. Dulu, saat sang pemilik masih getol di dunia politik. TV ini menjadi oposisi pemerintah. Isinya ya tentu saja tentang kegagalan, krisis, kemiskinan, dsb. Dan partai empunya TV ini dan dirinya adalah solusi untuk negara ini.Â
Walau kini gerbong partai itu bergeser ke pemerintah. Tapi nuansa dan nafas beritanya masih kontra pemerintah masih ada (baca: masih dijaga).
KompasTV. Sempat dilabeli pro pemeritah, kini jadi independen (masih berusaha). Dengan profil perusahaan induk yang memang mogul media, TV ini cukup mengigit program beritanya. Walau kini berita yang ada masih sama saja dengan TV lain. Hanya (re)framing-nya yang berbeda dari TV ini. Namun bagi para oposan pemerintah, TV ini tetap tidak independen.
Trans7. Selain acara si Unyil, Jejak Petualang, dan MotoGP kok tidak ada yang menarik ya? Sejak berganti dari TV7 ke Trans7, lumayan hidup kreatifitas TV ini. Namun itu dulu.Â
Acara andalannya kini hanya mencomot dan di-voice over YouTube. Acara reality show yang lebay pun menjadi andalan. Acara lama Opera-oper-an masih bertahan dengan konyolnya yang itu-itu saja.
TransTV. Sejak 'otak kreatifnya' pindah dan buat stasiun TV baru, TV ini jeblok. Acara gosipnya, alamak ga kuat cyin. Lebay dan penuh drama sekarang. Program berita dengan brand luar negri di TV ini tetap tidak menarik buat disimak. Karena toh isi beritanya tetap mirip TV berita sebelah. Apalagi kadang portal beritanya sudah memberitakan lebih dahulu.
NetTV. Televisi kaum urban, yang kini acaranya monoton. TV yang cukup muda namun berhasil menyedot banyak perhatian. Mungkin karena kerja keras tokoh kreatif yang pindah dari TV sebelah.Â
Namun kini serasa hambar programnya. Acara lucu-lucuan masih membesut duo Andre-Sule. Lawakannya pun itu-itu saja. Apalagi dilabeli 'The Best Of.." yang cuma acara 'kliping' re-run. Walau selipan Korean Hallyu cukup berbeda.
TV dengan basis free-to-air di Indonesia masih berkutat soal promosi produk dan jasa. Tim kreatif dibelakang sebuah program tak lain adalah tim manipulaitf. Mereka diminta membuat acara untuk memasarkan produk. Gebrakan program tanpa mengkhawatirkan rating/iklan saya rasa belum banyak hadir. Atau malah tidak ada?
KPI sebagai perwakilan negara lewat frekuensi siar belum terasa tajinya. Teguran kadang cuma teguran tanpa sanksi tegas. Program acara bisa tetap tayang dengan judul berbeda saja. Apalagi mengatur polusi fikiran berupa iklan yang kian hari kian pintar saja.Â
Dari acara berita sampai drama, semua terpampang jelas produk promosinya. Bahkan iklan rokok dengan kemasan berbeda pun tidak disadari oleh otoritas KPI.
Banalitas daur siar tahunan TV kita masih drama-klenik-gosip artis. Berpindah ke TV kabel berbayar pun bukan alternatif murah. Mengganti channel program TV pun bukan solusi. Apalagi kini rata-rata TV disisipi bias politik dan jargon promosi produk. TV kita kini masih tayangan hiburan yang tiada memberi banyak pembentukan karakter bangsa. Â
Salam,
Solo, 31 Juli 2018
04:20 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H