Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Muslim Cyber Army adalah Korban "Filter Bubble"

1 Maret 2018   15:42 Diperbarui: 1 Maret 2018   20:17 3908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga yang perlu saat ini dilakukan bukan lagi sekadar menciduk pembuat dan penyebar hoaks. Namun pada sisi edukasi masyarakat tentang dunia maya. Dengan jumlah pengguna internet Indonesia yang hampir 150 juta orang, tak ayal dunia maya menjadi bagian dari artefak kebudayaan milenial. Saat dunia maya masih dianggap instrumen, maka terjadi kekacauan.

Seorang media teoris Marshall McLuhan berucap, "We shape our tools, and thereafter our tools shape us." Dan hal inilah yang terjadi saat ini. Saat dunia digital masih banyak dianggap sebagai instrumen, banyak yang salah menggunakannya.

Mulai dari cyber-bully, menyebar hoaks, pornografi, dll adalah beberapa efek buruk internet. Sedang dunia digital di sisi lain pun memiliki banyak manfaat (baca artikel saya Sosmed Bukan Kalkulator Kawan!)

Filter bubble adalah fenomena yang sengaja disembunyikan dari kita semua. Dengan algoritma yang kian detail, kita terus dibombardir hal yang kita suka saja. Sedang seharusnya critical thinking dalam menyaring informasi pun harus selalu kita lakukan. 

Referensi: smartinsight.com | The Filter Bubble: What The Internet is Hiding from You - Eli Periser | theguardian.com

Artikel lain: 

Salam,

Solo, 1 Maret 2018

03:41 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun