Yang kedua adalah efektifkah jam kegiatan yang dilakukan sekolah di FDS? Jika siswa sudah cukup bosan untuk pulang pukul 12 siang. Apalagi jika diminta pulang pukul 3 sore. Program ekstrakurikuler bisa saja menarik, untuk sekolah yang memang unggulan. Bagaimana dengan sekolah pada umumnya di daerah. Pihak sekolah tentu harus memutar otak untuk mengisi ekstra waktu siswa. Mungkin pada program awal FDS bisa berjalan, tapi apakah konsisten? Karena program yang dijalankan membutuhkan SDM. Jika SDM kurang atau mendapat 'uang lelah' sedikit, apa efektif FDS?
Sekitar 10,000 sekolah akan menjadi pilot untuk FDS tahun ini. Sekolah pilot project FDS ini akan diberikan dana hibah murni. Walau besarannya belum didetailan Kemendikbud. Seperti program-program yang telah ada sebelumnya. Karena kajian FDS yang belum juga firm atau baik. Ditambah, ada kesan terburu-buru menerapkan FDS ini. Tahun kemarin diusualkan, tahun ini diterapkan. ada keraguan yang muncul. Karena pada tahun 2019, semua sekolah di Indonesia akan menerapkan FDS.
Jangan sampai FDS hanya membawa sensasi temporal semata. Saat ada Kemendikbud baru, maka ada program/sistem baru. Setelah itu akan diganti lagi. Sekolah, guru, sekolah dan orangtua jangan menjadi eksperimen pedagogis belaka. Pendidikan memang ever-changing atau terus berkembang. Namun jangan sampai perubahan mengikis fundamental bangsa yang terdidik. Jika mau diterka, sebenarnya apa landasan pendidikan kita? Jika landasan sederhana misalnya meng-Indonesia-nakan orang Indonesia, sudahkah demikian?
Rasa khawatir orangtua pada FDS adalah wajar. Namun jika rasa aman malah berubah jadi rasa takut, apakah wajar? Saya pun yakin pihak sekolah sudah menggodok semua kegiatan dan indikator pencapaiannya. SDM dan program pun sudah dimatangkan. Guru dan komite sekolah pun sudah urun rembug agar semua berjalan sesuai rencana. Namun, apakah konsisten nantinya?
Referensi: antaranews.com | Â detik.com | kompas.com
Salam,
Wollongong, 14 Juni 2017
01:32 pm
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H