Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kami Tidak Takut, tapi Kami Tak Mau Mati!

25 Mei 2017   13:07 Diperbarui: 25 Mei 2017   13:21 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat keajaiban-Nya memberi kita selamat, kita pun berharap pada manusia. Terutama pada pihak berwajib seperti polisi, intelijen, dan pihak terkait. Mereka memiliki segalanya untuk menangkal dan memprediksi tindak terorisme. Mereka punya keahlian, teknologi, informasi, strategi, personil khusus, dana, dll. Kita tidak punya dan faham pada isu ini. Yang kita tahu kita sekarang menjadi bagian target aksi teror bom ini.

Layak kini kita menyangsikan para aparat. Bagaimana slogan mereka 'melindungi dan mengayomi' dibuktikan? Ditambah rencana memerangi teror pun sepertinya malah menjadi memerangi api dengan api. Sudah tidak ada lagi kata tapi atau alasan lain untuk rencana memerangi. Karena toh kita tidak ingin lagi menjadi 'korban' perang ini. 

Jadi, apakah tagar #KamiTidakTakut sebuah paradoks dari #TapiKamiTakMauMati? Tagar pertama adalah pilihan keputusasaan kita. Atau tagar kedua hanya 'pacifier' (dot/empeng) yang diberikan orangtua kepada anaknya yang menangis?

Artikel ini secara halus memang menyampaikan ketakutan saya sebagai penulis pada isu ini. Namun secara eksplisit artikel ini juga ingin menohok para pemegang keputusan. Kritik pedas dan telak yang sebenarnya kita semua ingin sampaikan. 

Referensi: antaranews.com | detik.com | media.iyaa.com | rappler.id

Salam,

Wollongong, 25 Mei 2017

04:07 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun