Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perhatikan Spasinya, Perhatikan Spasinya Kawan

25 Maret 2017   18:11 Diperbarui: 25 Maret 2017   18:31 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada apa dengan spasi? Kini, frasa tanpa spasi pun bisa menjadi trending? Kenapa dengan spasinya?

Saat pembaca banyak terbuai dengan semesta makna dalam diksi. Coba perhatikan spasinya yang teronggok di jarak antar diksi itu. Perhatikan. Hati-hati kamu bisa terkceoh dengan makna kata yang penulis pilih kawan. Kata adalah kosmetika dari perasaan.

Mungkin akan menjadi rancu saat saya katakan makna yang terlihat dari kata adalah penghias semata. Saat kita kira lirik lagu picisan, atau novel roman yang mengundang tangis memiliki diksi yang menggetarkan. Percayalah kawan, spasi itu mungkin akan mengungkap sejatinya puisi dan prosa itu.

Saat kamu terlena dengan diksi, kamu sudah terpenjara dalam kata kawan. Tiada yang lebih membuatku gundah saat mata berlinang dengan cerita cengeng. Atau merasa hidup kembali saat membaca kalimat motivasi sang motivator. Ada semesta yang lebih hebat dari kata-kata yang penulis pisahkan dalam kalimat itu kawan.

Sebuah semesta yang begitu apik dibuat samar oleh sang pujangga. Sekaligus menjadi topeng pemenjara rasa dan karsa pada tautan kosakata semata. Jika kata kau anggap semesta makna. Maka jarak antar kata adalah semesta rasa sang pujangga.

Masih belum percaya jika kamu harus perhatikan spasinya kawan? Masih tersesat dengan tamsilan diatas tadi kawan?

Agar kamu mengerti, begini saja kawan. Di bawah akan saya tuliskan tiga kata yang sangat terkenal di dunia.

'Aku cinta dirimu'

Pemilihan kata yang menjadi pamungkas dari rasa perduli dan sayang. Sebuah pembuktian dari pengorbanan dan perjalanan antar sepasang manusia mencari cinta. Rasa hati akan berbunga bagi yang dicintai dan mencintai saat mendengar kalimat ini bukan?

Namun apakah kamu tahu ada yang lebih dalam maknanya dari tiap spasi diantara ke tiga kata tadi. Menulisnya atau mengucapnya sangat mudah kawan. Namun apa kamu tahu apa yang tersirat dari tiap spasinya kawan?

Saat seseorang menulis 'Aku cinta dirimu' banyak tautan tanda-petanda dalam fikiran kita kawan.

Setelah kata aku, ia yang menulis akan mengingat perjuangan bertemu kekasihnya. Ia akan mungkin juga teringat wangi parfum sang kekasih. Rambutnya yang terurai, atau bibir merahnya yang merona menjadi semesta makna. 

Seusai kata cinta, betapa ia yang menulis bergetar hati dan tangannya menulis kata ini kawan. Sekejap dalam fikirannya, ada adegan cinta dari sinetron yang pernah ia lihat. Ada bayangan ayah dan ibunya yang sudah menjalin cinta berpuluh tahun. Juga, cinta yang pernah hilang dari dirinya. 

Dan setelah kata dirimu ada kehampaan yang merongga. Banyak pertanyaan berkecamuk. Apakah sang kekasih menerima cintanya? Bagaimana jika ia menolak. Tidak pernah ada rencana B untuk menjadi teman saat meminta cinta kawan. Bagaimana jika sang kekasih malah menjauh? Atau ia belum siap akan semua.

Perhatikan tiap spasi atau tiap diam antar kata kawan. Apalagi jika kamu membaca tulisanku yang berpanjang-panjang ini kawan. Kamu tidak pernah tahu apa yang terjadi dari tiap jarak kata ini ingin sampaikan kawan.

Ada topeng yang ingin aku ciptakan dengan kata. Namun wajahku tertutup rapat di tiap spasi yang aku buat kawan. Betapapun kamu memahaminya, penjara kosakata ini yang tetap membuat fikiranmu faham apa yang aku sampaikan.

Serupa dengan pencoleng pembuat fitnah diantara kita kawan. Ataupun para penyampai kalimat tuhan kawan. Semua yang mereka tulis berisi semesta makna. Tidak dengan kata yang mereka tulis. Namun diantara spasi tiap kata yang tulis, mereka hidup. Memilih dan memilah kata dengan pengetahuan, perasaan, cita dan karsa mereka.

Penulis seperti diriku adalah penopeng dari kenyataan, perasaan, dan semesta makna yang ada dalam diriku. Aku hanya sajikan dengan kesepakatan bersama bernama kosakata. 

Artikel serupa: Saya Hidup Diantara Spasi Kata-Kata

Salam,

Wollongong, 25 Maret 2017

10:11 pm

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun