Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 12

22 Oktober 2016   18:55 Diperbarui: 25 Oktober 2016   18:34 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dark Side - foto: Maciej Gorazcko

“Saya bayar dua kali lipat dari biasanya. Kalian cukup bungkam dia. Hilangkan jejak di dalam hutan. Sisanya biar saya yang atur.”

“Kalau pejabat atau sipil kami masih mau tanggung resiko boss. Tapi…” belum sempat Irham menjelaskan Inspektur Jenar menyela.

“Sudahlah Irham. Kalau kamu tidak mau bungkam W. kamu yang saya bungkam?!” Inspektur Jenar mulai bernada tinggi.

“Baiklah boss. Kapan?” Lama Irham menjawab karena harus berfikir keras. Namun akhirnya rela mengikuti kemauan Inspektur Jenar.

“Tiga hari lagi. Saya akan email kamu foto dan berkas W. Kalau sudah selesai SMS saya. Ingat tidak perlu telepon.”

“Baik boss.” Irham tanpa diminta beranjak pergi. Meninggalkan kopi yang setengah habis. Membiarkan Inspektur Jenar sendiri berfikir.

W. sudah saya duga kamu akan berbuat ini. Setidaknya saya tidak ingin juga kamu seret ke dalam kasus ini. Sial!’ Inspektur Jenar memaki dalam hati. Mengingat kedekatannya dengan Fahri, Hendra dan Mariam, ia tahu ia akan menjadi korban penculikan. Dan kini ia bias membaca kenapa mereka hilang dan tidak ditemukan.

Kamu tidak bias bersembunyi lagi W. Saya sudah tahu dimana kamu bersembunyi dan membunuh orang-orang yang kamu culik. Betapa bodohnya kamu bisa terpeleset.’ Inspektur Jenar segera beranjak dari bangkunya, kembali ke kantornya. Tersenyum sinis.

* * *

Tepat saat mentari baru terbit, W. segera beranjak dari penginapannya. Tujuannya tak lain adalah rumah sakit dimana Mariam berada. Ia tahu ia harus menyelesaikan semua. Di kantungnya ia sudah sebuah suntikan berisi racun. Cairan infus sudah ia campur dengan sianida. Ukurannya pun tidak ia takar. Yang penting Mariam harus segera mati. Karena karmanya sudah berlangsung cukup lama.

Sesampai di rumah sakit, beberapa polisi berjaga. Dan W. tahu cara masuk lewat pintu belakang rumah sakit dengan baik. Ia pun masuk ke dalam ruang ganti suster. Lalu ia mengambil baju suster guna menyamarkan diri. Karena mungkin di depan kamar atau sekitar kamar Mariam akan dijaga beberapa anggota polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun