Disclaimer:
Gore-horror theme. Karya fiksi ini berisi kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. Bagi yang tidak berkenan, cukup membaca sampai disini. Salam :-)
"Tuan muda tahu siapa tuan Fahri bukan? Jangan berbohong kalau tuan muda tidak tahu? Bukan begitu tuan Niko?" Abah menyebut namanya. Karena W. segera mencari identitasnya di dompetnya. Dan W. baru tahu juga kalau ia adalah anggota kepolisian.
Abah melihat jauh ke dalam mata Niko. Abah tahu ia tahu semua tentang Fahri. Di tatapan Niko yang takut dan jijik, ada sesuatu yang membuat Niko kembali menatap Abah. Abah tersenyum menatap Niko. (Bagian 9)
* * *
"Ahh...maaf!" Mariam spontan berucap. Kopinya tumpah membasahi blouse W.
"Tidak apa-apa." Sambil menatap Mariam, W. mengibas-ibas blousenya yang terkena kopi yang cukup panas di kulitnya.
"Maaf mba... Mba tidak apa-apa?" Mariam kebingungan dan mencoba mengelap blouse W. yang terkena kopinya yang panas.
"Tidak apa-apa mba?" nada W. bertanya.
"Mariam. Saya Mariam." sembari mengulurkan tangan untuk berjabat.
"Saya W. Biar saya ganti kopinya yang tumpah mba Mariam?"