Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 7

1 Oktober 2016   20:11 Diperbarui: 5 Oktober 2016   18:26 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Occult - foto: Maciej Goraczko

"Kok dua belinya Abah? Kakak? Wardah tidak punya kakak...?" Wardah yang baru satu minggu tinggal di rumah si bapak bingung dibuatnya.

"Kamu punya kakak nak. Ia sudah tidak ada di rumah ini. Tapi kamu harus yakin kakakmu bersama kamu." si bapak menjelaskan.

"Memang pergi kemana kakakku itu Abah? Wardah tidak pernah tahu? Wardah juga tidak pernah lihat?"

"Perginya tidak jauh. Dekat sekali. Kakakmu sering lihat kamu kok. Wardah saja tidak tahu. Jadi, biar kakakmu senang belikan gulali arum manisnya dua ya?" pinta si bapak sambil menyerahkan uang 5 ribu.

"Mmm... baiklah kalau begitu. Nanti Abah ceritakan ya kemana kakak pergi?" Wardah menurut dan sigap berlari kembali ke tukang gulali arum manis diluar.

"Baiklah nak."

'Anakku yang satu ini memang cerdas. Kamulah kakakmu. Kamulah Wardah anakku. Kelak ia akan memberi karma atas apa yang orang-orang picik lakukan kepada ibumu. Kakakmu akan selalu berada dekatmu. Ia melindungimu. Ibumu pun juga begitu. Percayalah nak.' si bapak yang kini minta dipanggil Abah itu bergumam dalam hati. Memandangi penuh takjub Wardah anaknya.

* * *

Bersambung

Wollongong, 01 Oktober 2016

11:11 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun