Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 7

1 Oktober 2016   20:11 Diperbarui: 5 Oktober 2016   18:26 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Occult - foto: Maciej Goraczko

W. mengambil pistolnya di kantong blazernya. Namun sorang yang menodong pistol segera memcahkan jendela dengan gagang pistolnya. Beberapa kali tidak pecah. Pada kali keempat kaca jendela mobil W. baru peceh berhamburan.

"Dorr!!" W. segera menembakkan pistol ke arah orang yang memecahkan jendela mobilnya. Tapi orang tadi sudah segera menunduk. Sedang ke dua orang lagi sudah segera menunduk di depan mobilya.

W. segera menunduk dan mencoba berpindah ke kursi belakang. Satu orang di depan mobil W. segera menembak kaca depan mobil W. Namun W. sudah berada di jok belakang. Ia coba melarikan diri dari pintu belakang. Di amatinya mobil yang tadi menguntitnya. Sial. Disana dua orang sudah siap mengacungkan senjata di balik kedua pintu depan mobil mereka.

"Bedebah! Siapa merka? Mau apa mereka??!!" W. memutar otak agar bisa keluar dari situasi ini. W. tahu ia bisa saja kembali ke belakang kemudi dan mencoba melaju. Tapi jika ia pindah ke kursi depan, badannya terbuka untuk ditembak.

"Dorr!!" sebuah peluru menghancurkan kaca belakang mobil W. Ia tidak mungkin membalas tembakan. Karena satu orang lagi bisa saja langsung menembaknya. Atau dua orang di depan mobil W. yang entah kini mereka ada dimana, bsai saja menembaknya.

"Sial!!" W. mengumpat sendiri kebingungan. Satu-satunya jalan adalah nekat membalas tembakan ke dua orang di belakang mobilnya. Tapi ia juga harus waspada jika orang di depan berdiri dan mengarahkan pistol ke arahnya.

W. segera mendudukkan tubuhnya dan mengarahkan pistolnya ke arah belakang.

* * *

"Wardah kemari nak.." si bapak melambaikan tangannya ke arah Wardah yang sedang membeli gulali arum manis di luar pagar rumah.

"Ada apa Abah?" Wardah segera meninggalkan tukang gulali yang masih sibuk memintal gula yang menjadi kapas.

"Nanti belikan kakakmu gulali jarum manis juga ya? Beli dua jadinya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun