Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 7

1 Oktober 2016   20:11 Diperbarui: 5 Oktober 2016   18:26 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Occult - foto: Maciej Goraczko

Mariam menyeret tubuhnya mendekati jasad Hendra. Mengambil pistol yang berada di lantai dekat darah yang menggenang. Basah darah Hendra melumuri licn gagang pistol FN yang diberikan Abah. Perlahan Mariam meraba dan mencoba melihat dalam gelap pistol yang digenggamnya.

'Akhir hidupku berada dimuntahan ujung pistol ini? Dicabut oleh peluru tumpul yang melesak masuk ke dalam kepalaku? Menghentikan semua! Hidupku! Harapanku! Sakit! Deritaku! Mungkin tuhan memerintah malaikat pencabut nyawa menjadi pistol ini? Bukan karena tua dan sakit ku mati. Bukan karena celaka di jalan dan dibunuh orang ku mati. Tapi tanganku dengan pistol pencabut nyawa. Sial!!'

Dengungan ribuan lalat seperti berteriak mendukungnya menarik pelatuk mengarah ke kepala Mariam. Mereka akan mendapat darah yang segar. Mendapat inang untung anak mereka, para belatung. Mendapati akhir hidup mereka berbakti untuk larva lalat tertanam di tubuh Mariam. Lalu larva kecil itu akan menggeliat menjijikkan di tubuh Mariam yang membusuk membiru. Keluar dari lubang mata Mariam yang membusuk. Keluar dari perut Mariam yang semakin kempis termakan larva lalat. Tubuh belatung nanti adalah tubuh Mariam. Mariam menjadi belatung yang begitu geli dan menjijikkan.

'Busuk benar perbuatanku yang tuhan? Sampai ku matipun membusuk di ruang terkutuk ini. Tiada yang mengasihani. Tiada yang bahkan mau memberiku kubur yang layak. Inikah karmaku selama ini? Dibiarkan mati membusuk. Mati mengerikan dengan kepala meluruhkan darah dan isi kepala. Tiada yang menangisi bahkan mendoakan.' perlahan Mariam menaikkan pistol ke kepalanya sendiri.

* * *

Dua mobil terus menguntit mobil W. di jalan tol ini. W. tahu dua mobil ini terus membuntutinya dari keluar markas polisi tadi. W. belum pernah melihat mobil anggota mana. Namun ia sadar ia telah diikuti. Bahkan saat ia coba mengecoh dengan belok mendadak selepas kota, mobil ini masih di belakang mobilnya.

'Sial! Siapa mereka...?' W. mengumpat dalam hati.

Salah satu mobil segera melaju mendahului mobil W. Kini sebuah sedan hitam menghalanginya melaju di depan. Sedang satu mobil lain segera mendekati tepat di belakang mobil W. Jaraknya mungkin hanya beberapa senti saja. Jika W. berhenti ia tahu ia akan ditabrak dari belakang. Laju mobilnya pun tertahan mobil sedan hitam di depannya.

"Siiittt..!!" suara mobil sedan hitam di depan mengerem. W. pun spontan menginjak rem mobilnnya. Membuatny kepala terbentur setir.

"Bedebah!!" W. mengumpat. Kepalanya terasa pening sekali. Matanya sedikti berkunang-kunang. Tapi ia masih bisa sadar.

Tiga orang segera keluar dari mobil sedan hitam di depan mobil W. Ketiganya berbadan tegap. Mereka segera mendekati mobil W. dan mencoba membuka pintunya. W. berusaha menahan dengan segera menguncinya. Tapi salah satu orang dengan segera menodongkan pistolnya. W. tahu sekali ia dalam bahay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun