"Terima kasih."Â
"Bagaimana dengan berkas yang saya berikan? Sudah diteliti? Kira-kira para pejabat atau pengusaha di sana terlibat hilangnya Mariam dan Johan?" Inspektur Johan membuka obrolan.
"Sudah pak. Semua sepertinya terlibat. Namun belum ada bukti terang." W. menjawab. W. tahu yang sebenarnya akan diutarakan inspektur Jenar bukan tentang ini. Gerakan mata dan bibirnya menahan suatu makna. W. menunggu dan mencoba menjaga ketenangan.
"Kemarin pak Hendra, si pejabat rekanan Mariam dan Johan juga diculik orang tidak dikenal. Kamu tahu W.?" Isnpektur Inspektur Jenar merubah posisi duduknya yang bersandar menjadi mendekati meja kerjanya.
"Tidak.. tidak tahu pak."
"Niko dari Unit Terorisme kamu kenal W.?" Inspektur Jenar mulai membaca raut wajah W.. Ada peperangan membaca perangai di ruang itu. W. berusaha tetap tenang. Sedang inspektur Jenar berusaha menyelidik semua detail di wajah W.
"Kenal dari rekan. Jika Niko terkait dengan kasus penculikan ini dengan Niko saya kira mustahil. Kenapa ditanyakan tentang Niko pak?" W. berusaha melempar tanya. Mencoba mencari celah menyudahi ini semua. Karena W. tahu Niko sudah mendapat karma kecerobohannya oleh Abah.
"Karena Niko sudah sejak kemarin tidak diketahui keberadaannya. Mungkinkah dia juga diculik pelaku yang sama yang menculik Mariam, Johan atau Hendra. Mudah-mudahan saya salah duga." Pandangan tajam inspektur Jenar diarahkan ke W..
"Kalau ada dugaan sebaiknya kita selidiki bukan? Kenapa harus bertanya ke saya?" W. mulai sinis menjawab.
"Baiklah kita selidiki dugaan saya ini nanti. Terima kasih W."
Tanpa diminta W. segera beranjak pergi.Â