"Mati? Kau sudah gila Mariam!" Hendra mondar-mandir tak keruan.
"Bahkan sebelum gila, saya sudah mati pak... Biar saya pakai pistolnya untuk bunuh diri saja pak?" Mariam meminta Hendra menyerahkan pistolnya.
"Doorr!!" tiba-tiba tembakan terdengar diikuti jatuhnya tubuh Hendra dan pistol.
"Pak Hendra!!" anyir darah segar menyampur sengat bau mayat ruang ini. Tak disangka Hendra menghabisi nyawanya sendiri. Secepat ini.
* * *
"W. kita harus segera berbenah. Polisi sudah mengendus gubuk kita. Segera hilangkan semua jejak yang menuju kedirimu atau Abah." Abah berbicara di telpon.
"Baik Abah. Saya sebentar lagi akan pulang!"
"W. diminta Inspektur Jenar ke ruangnya sekarang." Adam rekannya tiba-tiba segera muncul di hadapan W..
"Baik. Segera kesana. Terima kasih."Â
'Jangan-jangan Inspektur Jenar tahu saya terlibat. Sial!' W. berprasangka di dalam hati.
"Duduk W." Inspekur Jenar mempersilakan duduk. Di umurnya menjelang 40 tahun, isnpektur Jenar masih terlihat muda. Walau garis uban nampak di rambutnya yang klimis. Namun sifatnya yang tenang membuatnya penuh pesona seorang pria.