Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Karya Karma Bagian 3

27 September 2016   20:28 Diperbarui: 27 September 2016   20:32 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sraakk.." panel pintu ruang ini terbuka.

"Halo tuan Johan. Selamat bergabung dengan Nona Mariam. Bagaimana rasanya terkait? Sakit bukan?" Abah tiba-tiba muncul.

"Keparat kau! Siapa kau? Akan ku bunuh kau nanti! Keluarkan kami dari sini?" Amarah Johan memuncak begitu tahu Abah melakukan hal ini padanya.

"Tuan Johan... Tuan begitu terkait dengan perbuatan busuk Nona Mariam. Begitu teraniaya jika berkata sejujurnya. Berbuat sejujurnya. Dan menulis sejujurnya. Karma tuan Johan. Karma dari tiap mata kail itu begitu sakit. Begitu nyata bagi mereka yang merasakan perbuatan busukmu dan Nona Mariam."

"Kau bicara apa keparat?!" Johan mengumpat.

"Tuan Johan tidak perlu berbohong kembali. Di ruang Kesempurnaan ini. Semua apa adanya. Bahkan tuan Johan sendiri bertelanjang bukan?" Abah menjawab dan segera menutup panel pintu.

"Hai mau kemana kau keparat!" Johan dengan amarahnya segera berdiri.

"Crashhh..." kembali daging Johan lepas dari tubuhnya. Pundaknya kini berlumur darah. Luka terbukanya segera memandikan punggung Johan dengan darah segar. 

"Ahhggg...!!" teriakan kesakitan Johan merasakan sakit yang sangat.

"Diam disana Johan. Si bajingan itu memang mempermainkan kita." Mariam kembali memperingatkan.

"Kita harus bagaimana bu Mariam? Kita harus bagaimana??" panik dalam tanya menyekap fikir Johan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun