“Tenang saja Nona Mariam. Nona ada di tempat yang sesuai. Tempat dimana kejahatan Nona adalah karma yang begitu nyata. Nona cukup rasakan saja. Untuk keluar dari sini, Nona cukup ikuti saja rasa takut Nona. Percayalah!” sosok tadi menjelaskan.
Entah apa yang ia maksud. Mariam segera mendekat panel sempit tadi. Namun sosok tadi segera menutupnya.
“Hei kau bajingan!! Buka. Keluarkan aku dari sini!!” dalam kepayahan tangan kirinya, Mariam meraba ada gagang pintu disitu. Ia coba buka berkali-kali. Namun nihil. Pintu ini dikunci.
Dan merasa dibiarkan mati pun menggantikan rasa takut di hati Mariam.
* * *
“Untuk laporan keuangan ke C.V Antar Nusa Harmoni sudah dikirim pak Jo?”
“Tenang bu Mariam. Baru saja sudah saya ‘cek dan ricek’ kembali” Johan menjawab pasti.
“Harus benar itu pak Jo. Setidaknya kalau BPK atau PPATK periksa nanti tidak ada dugaan macam-macam?” Mariam memastikan.
“Sudah bu. Saya sudah konsultasikan dengan unit keuangan, mba Indri. Kemarin juga sempat sowan saya ke pak Ha, orang atas sana.” Johan memberi kode Ha agar Mariam tenang.
“Baiklah pak Jo. Saya percaya bapak. Karena sudah beberapa hari ini saya merasa diikuti setiap pulang kerja. Entah siapa. Tapi saya merasa diikuti. Saya hanya khawatir mereka orang-orang hukum.”
“Apa ibu butuh body guard? Bisa saya sediakan?”